“Dipecat dari partainya, tapi tidak di PAW. Masih duduk dikursi Dewan dengan tenang,” celoteh kawan lewat pesan singkat WA dari Ponsel pribadinya.
Kawan dari Bengkulu itu memang acapkali kirim WA ke aku, dan nampaknya aktif sekali di dunia advokasinya.
Aku terdiam, sejenak waktu lihat chat WA dia. Bahkan keningku yang mulai mengkurut nambah ku kerutkan. Antara bimbang dan ketawa mau jawab chat itu.
Yang jadi pertanyaan kok bisa ya, dipecat dari partai tapi ga di PAW.
“PAW itu perlu dana abangku, jabatan tinggal beberapa bulan lagi. Kalau harus mengelurakan uang yang cukup gede, jelas yang suara terbanyak di bawah dia, mikir,” jawab kawan itu lagi, saat aku tanya alasannya ga di PAW kenapa.
Aku yang membacanya sambil tertawa sendiri. Maklum di kantor redaksi emang taka da kawan, hanya secangkir kopi pait yang menemaniku. Kopi yang kucampur dengan jahe, biar agak panas di perut, yang baru enakan.
Panas emang rasanya, kayak suasana yang di rasakan Pak dewan Bengkulu ini, meski pait, tapi tetap enjoy aja, lha wong kursi empuknya masih di jabat kok, enak kan.
“Sekarang malah dia nyalon Gubernur bang, karena nyalon pakai jalur independent itulah makanya di pecat dari partai. Nyalon gubernur aja malah berbuat curang, malsukan dokumen,” ujar kawan lagi.
Hah, kataku agak terkejut. Lah kabarnya dulu aktifis, yang sering gruduk DPRD, lah sekarang berbuat curang, gimana ceritanya itu. Kataku sedikit ngegas, biar agak seru obrolannya.
Kayak serunya, cerita Balon-balon yang menggunakan cara curang, biar bisa berlayar. Masyarakat yang terus jadi permainan para calon penguasa hanya bisa pasrah, yah sebagian yang berani, ya injak gas, tapi ya gau tahu, lawannya orang-orang berduit.
“Sudah kami laporkan ke Mabes, kalau soal pemalsuan dokumen itu bang. Tunggu aja, masa iya orang mabes Polri mau tutup mata dengan keluhan warganya,” kata Mbak din, begitu aku nyebutnya.
Owalah, malah sudah sejauh itu, ni kawan bergeraknya. Luar biasa, apa iya para pembesar ini mau pada diam dengan jeritan masyarakatnya yang selalu di bohongi.
Aiii ntahlah, kopi paitku dah hampir habis, perutku dah agak perih. Perihnya kayak yang dirasakan warga yang selalu di bohongi calon pejabatnya, tapi pengaduanya gak pernah di gubris.
Biarlah, kerena perutku makin ga enak lagi, aku bilang ke kawan itu untuk menyudahi chat WA nya. Dan Adzan dhuhur sudah mulai berkumandang, jadi sekalian ambil air wudu.***