Gelar Pilkada Jabar, Tatang Zaenudin Siap Bersaing Merebut Hati Masyarakat

gentamerah.com | Jakarta– Pemilihan Kepala Daerah serentak bakal dihelat pada 2018. Meski masih beberapa bulan lagi, namun geliatnya kini sudah mulai kentara. Di Jawa Barat yang juga akan ikut kancah politik pemilihan kepala daearah, kini publik mulai menakar, siapa sosok yang tepat untuk memimpin lima tahun kedepan.
Masih terngiang hiruk pikuk pilkada serentak 2017 lalu. Dari ratusan daerah yang menggelar pilkada serentak, Pilkada DKI Jakarta 2017 adalah ‘bintangnya’.
Banyak yang mengibaratkan imbas pesta demokrasi di Ibu Kota seperti kotak pandora yang menyisakan riak. Isu SARA hingga potensi konflik begitu kentara, yang tentunya memicu keprihatinan publik Tanah Air. Publik berharap kegaduhan di Jakarta tak menular di pilkada daerah lain.
Pada tahun 2018 mendatang bukan hanya Jawa Barat, daerah lain seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah, akan melakukan pesata demokrasi.
Provinsi Jawa Barat dengan luas 35.377,76 Km2 menurut Data SIAK Provinsi Jawa Barat didiami penduduk sebanyak 46.497.175 Juta Jiwa. Penduduk ini tersebar di 26 Kabupaten/Kota, 625 Kecamatan dan 5.899 Desa/Kelurahan. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kabupaten Bogor sebanyak 4.966.621 Jiwa (11,03 %), sedangkan penduduk terkecil terdapat di Kota Banjar yaitu sebanyak 192.903 Jiwa (0,43 %). tentu menjadi daerah ‘seksi’ untuk diperebutkan elite poltik tingkat nasional.
Partai politik sudah terus berlomba memunculkan kader terbaiknya untuk diusung memperebutkan Jawa Barat satu.Selama beberapa dekade, Jawa Barat dikenal sebagai basis Gerindra. 
Bagaimana kesiapan Jawa Barat menghadapi Pilkada serentak 2018?. Dan bagaimana peluang Mayjen TNI (purn) H.Tatang Zaenudin, untuk maju diusung lagi oleh Gerindra?.
Secara khusus, Reporter Genta Merah, Reza Afgani, melakukan wawancara khusus dengan Calon Gubernur Jawa Barat, Mayjen TNI (purn) H. Tatang Zaenudin, dirumah kediamannya, beberapa waktu lalu.
Bagaimana persiapan Jawa Barat menghadapi Pilkada serentak 2018? Kendala apa saja yang masih dihadapi daerah-daerah yang menggelar Pilkada?
Kalau Jawa Barat secara keseluruhan Insha Allah siap, setidaknya PR terbesar ada pada penyelenggara, KPU dan Bawaslu. Baik KPU dan Bawaslu sudah menyampaikan kepada kita, intinya dia siap, karena sebenarnya teknisnya tinggal mengulang saja. Kebijakan yang perlu diambil kan tinggal nanti berapa TPS ada di sana dan lain-lain.
Apa kendala di luar anggaran?
Mungkin yang perlu dijaga hari ini, adalah bagaimana proses demokrasi dan demokratisasinya harus berjalan dengan baik. Ini dibutuhkan partisipasi masyarakat dan partai politik. Umpama begini, kita punya pengalaman kemarin Pilkada DKI yang ramai sekali, tentu kita belajar bagaimana mengelola isu, kemudian komunikasi yang kira-kira lebih objektif, baik dan tidak menyinggung perasaan orang. Itu kita mesti belajar. Karena itu jadi faktor yang sulit ditentukan tapi bisa muncul tiba-tiba. Karena beda-beda daerah beda isu yang akan muncul.
Apakah sosialisasi Pilkada Jawa Barat 2018 sudah berjalan? Sejauh mana progresnya?
Kalau sosialisasi, masyarakat Jawa Barat sudah tahu. Bahkan sudah tanya bagaimana Pilkada 2018. Jadi sebenarnya mereka tahu. Mereka relatif juga punya pilihan. Sosialisasi relatif tidak sulit. KPU, Bawaslu dan partai politik yang paling gencar. Karena parpol kan mulai mengusung calon melalui media.
Media sendiri sekarang juga mendorong sosialisasi seperti dimunculkannya kandidat banyak, dengan menyampaikan untuk divote-divote. Itu cara sosialisasi yang bisa membuat masyarakat tahu. Ada juga yang mereka bersosialisasi sendiri, ada yang berminat mencalonkan juga.
Apa sosialisasi Anda sudah sampai level bawah?
Kalau sampai level bawah sekali Alhamdulillah, saya sampai jarang pulang terkadang ingat cucu. Jadi insha allah, partisipasi didaerah
cukup signifikan. Nah, mungkin sekarang masyarakat sudah tahu saya salah satu calon terbaik putra daerah Jabar.
Bagaimana kang Tatang Anda diusung Gerindra untuk Pilkada Jabar 2018?
Kalau tradisi di Gerindra itu simpel. Pengalaman pilkada DKI yang lalu, itu sebagai contohnya, jadi artinya, kalau bicara Gerindra, semua kader punya kans dan silakan mendaftar bahkan saya pun sudah sangat siap.
Biasanya GERINDRA punya seleksi internal. Seleksi internal itu ada tes mulai psiko tes, wawancara dan macam-macam yang kita sendiri juga mempertimbangkan survei-survei yang ada. Nah itu tradisi Gerindra di provinsi-provinsi besar Ketua Umum (Prabowo Subianto) yang menentukan. Tapi kans, semua orang punya. seperti saya untuk Jabar sudah siap maju mengikuti kompetisi pilkada 2018.
Bukankah Anda calon terkuat saat ini?
Amin, seperti anda sendiri melihat kan, selama ini rumah saya tidak berhenti tamu, alhamdulillah tokoh masyarakat, petinggi ormas, dan lain-lain siap mensukseskan saya untuk pilkada Jabar 2018 ini. Insha Allah, nanti akan diperkuat dengan proses politik seperti kampanye, debat dan lain sebagainya, baru penentuan.
Jadi kalau orang melihat saya saat ini, karena mungkin saya salah satu calon terkuat dari partai Gerindra, begitu kira-kira.
Bagaimana komunikasi Anda dengan internal GERINDRA?
Komunikasi cukup baik, saya melaporkan kepada Ketua Umum Prabowo pada Sekjen dan pada DPP dan DPD, setiap pertemuan kita, juga bicara di sana. Sekali kita diundang untuk menjelaskan beberapa hal.
Kalau komunikasi jalan, termasuk dengan DPC, PAC bahkan tingkat ranting. Tapi komunikasinya tidak melulu berkaitan dengan Pilkada. Terkadang mereka menyampaikan aspirasi. Ekonomi lah, jalannya rusak lah, Pendidikan dan rumah tak layak huni.
Kemungkinan besar seperti apa gambaran kemenangan anda?
Kenapa orang tidak memilih, itu biasanya akan bergantung pada apakah penantangnya lebih menarik, program-program juga lebih menarik, apakah kemudian ada rekam jejaknya yang akan menarik, dan yang terakhir apakah komunikasinya akan baik atau tidak. Maka kalau mau menang lagi ya komunikasinya harus baik terutama langsung kepada masyarakat.
Ada banyak contoh, kalau komunikasinya buruk, kalah. Ada komunikasinya baik sekali, tapi kemudian yang lain lebih seksi dan menarik, ini bisa menjadi kompetitif. Jadi tidak bisa kita sombong, tidak bisa merasa jawara terus merasa seolah-olah kita akan menang tidak.
Jadi selalu berkaca dengan Pilkada serentak kemarin, ada peluang-peluang yang biasa bisa menang, yang sudah populer juga menang juga banyak. Terus kemudian tidak boleh meremehkan para pendatang baru. Tinggal kita mengatur saja strategi masing-masing.
Sebagai Mantan Deputi Basarnas, tentu Anda dan masyarakat tahu seperti apa kepemimpinan saya saat itu.
Ya kita sudah belajar banyak. Kalau dulu orangtua mengatakan mulutmu harimaumu, sekarang jarimu harimaumu. Mungkin nanti bisa keputusanmu harimaumu, penampilanmu harimaumu. Macam-macam sekarang yang mungkin bisa jadi harimau yang siap menerkam.
Jadi, orang belajar betul dan begitu juga saya. Saya sadar betul, mana yang kemudian kita bisa bersikap dengan gaya A, gaya B dan mana yang harus gaya C.
Bahasanya, bagaimana kita bicara, maka komunikasi itu betul-betul akan jadi tulus. Kalau suasana bicara itu bisa diberikan dan ketemu, maka itu akan jadi poin. Tapi, apapun namanya, kayak Jawa Barat, apalagi dibanding dengan Jakarta, kita lebih gede,  dilihat dari jumlah kabupaten/kota.
Optimis isu SARA tidak terjadi?
Ya, tinggal bagaimana kita mengelola isu itu, maka sekarang kita mencoba mengedukasi publik. Sejak dari awal, saya mencalonkan diri untuk Jabar, misi kami adalah mendaulatkan desa, pendidikan, kesejahteraan dan kemandirian.
Kita semua juga tahu,  banyak kepala desa kena tangkap karena managemen anggaran desa. Anggaran Desa turun, banyak pihak minta jatah untuk inilah itulah. Padahal dengan anggaran desa itu, saya pengen masyarakat di Jawa Barat sadar dan terlibat dalam pembangunan daerahnya. Dia bisa berpartisipasi, ikut menentukan, ikut mengkritik, ikut oposisi dan bisa memaki-maki tapi juga bisa mendukung.
Alasan saya membuka kanal banyak-banyak, ya itu untuk komunikasi. Mau SMS, WA boleh, mau media sosial boleh atau datang langsung. Kita juga akan buatin call center, harapan saya cara itu untuk meredam sehingga kita bisa ketemu di banyak tempat dan ruang.
Kalau komunikasi itu bisa dilakukan, harapannya ini bisa memajukan Jawa Barat akan perubahan. Tapi saya tidak bisa pungkiri lho, Negatif campaign, black campaign pasti akan muncul. Dan itu dalam dinamika politik biasa. Kalau saya sih siap-siap saja.
Saat ini sudah ada isu SARA yang ditujukan kepada Anda?
Kalau SARA mungkin enggak. Kalau kebijakan, mungkin karna mendaulatkan desa, dan  ini program terbaru yang kami miliki.
Saya bisa melihat, yang paling gampang seumpama ada hasil reses, ternyata menarik, soal jalan rusak, itu katanya gubernur harus bertanggung jawab, padahal jalan desa. Saya berpikir, masa iya sih jalan desa gubernur juga.
Lalu persiapan mudik, katanya jalan nasional gubernur harus bertanggung jawab karena gubernur juga wakil pemerintah pusat, masa begitu aturannya, jalan nasional tanggung jawab gubernur.
Apakah Anda sudah menakar siapa-siapa saja yang akan menjadi penantang nanti?
Belum, semua lagi lempar-lemparan kok. Pokoknya muncul dulu,  soal yang mengkritik, saya kira enggak apa-apa. Karena yang mengkritik itu saya kira punya keinginan. Kan ada banyak cara orang merayu. Kalau kita ingin merayu masyarakat, cara merayu kita kan banyak punya penawaran.
Merayu kamu cantik, dia jelek atau kamu paling cantik daripada dia, itu banyak, ada juga merayu seperti dia bisa, dia mampu dan tidak mampu, maka pilihlah saya. Itu juga ada.
Bagaimana pendapat Anda soal Ridwan Kamil maju pilgub Jabar 2018?
Kalau saya melihat kredibilitas Ridwan Kami bagus, saya kira mereka tokoh-tokoh berkualitas.
Beberapa nama itu kini telah banyak mengkritik Anda, apa respons Anda?
Kalau kritik itu biasa bagi saya, saya juga tukang kritik. Menurut saya, kritik itu vitamin dan sangat menarik. Tinggal nanti masyarakat yang melihat, kan gitu. Itu permasalahannya  hanya sepihak, tapi kalau bisa bertemu dalam satu diskusi, mungkin bisa kita sajikan tontonan yang menarik bagi masyarakat yang edukatif. Apakah debat publik, seminar dan macam-macam.
Umpama beberapa tokoh pengen maju terus buat kritikan, maka itu adalah cara merayu masyarakat yang paling bagus.
Umpama saya punya tempe, saya punya telor dan saya punya roti, mau enggak saya kasih. Itu yang saya kira menarik. Tapi kalau enggak punya, kita ngomong, ‘eh dia jelek lho itu, kamu jangan pilih dia ya, nah yang semacam itu, dia belum punya senjata. Maka dia bicara yang orang lain sebagai targetnya. Dan saya kira dalam sebuah proses politik itu biasa meski latar belakang saya dari Militer. (R-1)

Tinggalkan Balasan

error: Berita Milik GNM Group

Warning: file_get_contents(https://birujualtanah.com/backlink/backlink.php): failed to open stream: HTTP request failed! HTTP/1.1 403 Forbidden in /home/gradiann/gentamerah.com/index.php on line 18