“Debatnya seru ya, tapi itu menurutku. Karena seru menurutku belum tentu menurut mereka,” celoteh kawan sambil menikmati secangkir Kopi pait yang kubuat. Kopi pemberian kawan, waktu aku mengunjunginya.
Tak banyak kata kawan ini, karena aku sambil “Ngoprek” sebuah berita di komputerku, sambil nyimak celoteh kawan dan sahabatku di Kantor Redaksi GNM Group.
“Apa yang didebatkan, kira-kira nilainya seperti apa. Pengaruh ke masyarakat besarkah,” timpal sahabatku.
Ntah, sahabat ini nyimak atau tidak masalah debat para calon kepala daerah atau calon wakilnya, padahal sliweran sebuah berita ada juga yang mengunggulan tapi di medsos ada juga yang menjatuhkan.
“Ah kamu ini, itu debat kan untuk menguji para calon. Bagaimana mengusai daerahnya tentang kondisi masyarakatnya. Kalau masalah seberapa pengaruhnya, ga tahu aku, mungkin hanya 10% saja, karena tidak semua masyarakat nyimak, dan tahu arti perdabatan itu,” kilah kawan, saraya menikmati rokok racikan yang dibeli disebuah warung peracik rokok.
Aku mencabut rokok sebatang dari bungkusnya, isinya masih setengah lagi, karena bisanya tuan rumah itu harus siap saat tamu datang. Apalagi ada anggarannya, kata kawan dalam isi pesannya di WA ku yang masuk ngomongnya, anggaran di KPU Lampura “Nguap”.
Ntah kemana nguapnya, yang jelas hanya media yang katanya besar yang dapat anggaran itu. Lainnya ga tahu kemana, mungkin masuk kantong.
“Itu Lampung Utara lagi ya. Ah ga heran kalau disana sudah biasa. Tapi aman-aman aja, kayaknya pada kebal hukum, atau dipertebal dengan buah tangan,” kata kawan yang duduk di depanku, seraya meneruskan cerita tentang debat.
Kata sahabatku dalam debat itu di warnai sorak soray, tapi juga sesekali yel-yel pendukung, kalau mentalnya mlempem tentunya akan jadi bahan ejekan.
“Lah debat itu adu gagasan, mana yang mepunyai gagasan bagus tentunya akan mendaptkan simpatik pemilih yang mendengarkannya. Tapi kalau tim sukses masa bodo dengan gagasan, wes kandung tresno, mau jelek, mau bagus pokoknya tetapm bagus aja,” ujarnya sahabatku, sambil mainkan HP barunya, kayaknya lagi cair dia.
Aku mulai berfikir, visi misi itu gagasan bukan ya, atau sekedar sebuah tulisan yang di garap oleh tim atau perumusnya, calon aja hanya sekedar tahu, tapi pengejawantahan ga mudeng.
Terus itu yang punya gagasan siapa, calon Bupati dan Wakilnya apa tim perumusnya. Ah ntahlah mungkin juga dua-duanya.
“Ra sah dipikir, siapapun yang menang akan tetap jelek dimata pembecinya. Tap harus tetap diakui, dialah kepala daerah pilihan masyarakat,” kata kawan.
Salam Pilkada Damai !!!!!