Buntut Hilangnya Dua Nyawa, Lima Medis Ceroboh RSUD Ryacudu Kena Sanksi

Buntut Hilangnya Dua Nyawa, Lima Medis Ceroboh RSUD Ryacudu Kena Sanksi
Plt. Direktur RSUD​ Ryacudu Lampung Utara, dr. Syah  Indra Husada, Bersalaman dengan Jumadi, Suami Sri Rahayu

gentamerah.com Lampung Utara- Buntut Kasus kematian Sri Rahayu (40) dan bayi dalam kandungannya diakui Plt. Direktur RSUD​ Ryacudu Lampung Utara, dr. Syah  Indra Husada, salah satunya karena akibat kelalaian medis dalam bentuk long observasi korban.
Akibat kelalaiannya, lima petugas medis jaga S, B, N, A dan J telah dijatuhkan sanksi,
Menurut Syah Indra, selian ada kelalaian long observasi atau jeda waktu yang lumayan lama untuk melakukan observasi pasien, Sri Rahayu divonis  terserang penyakit dadakan yang disebut dengan istilah Emboli Air Ketuban.
“Ini mutlak kesalahan petugas medis yang piket pada saat itu. Petugas yang piket malam itu kita jatuhkan sanksi yang berat yaitu pencabutan hak penanganan,” kata Syah Indra, diruang kerjanya, Selasa (18/07/2017.
Syah Indra menagatakan keputusan tersebut dilakukan setlah ada hasil investigasi tim yang dibentuknya.Tim investigasi tersebut terdiri dari para dokter spesialis, baik itu dokter spesialis kandungan, syaraf, forensik, penyakit dalam, para bidan dan perawat senior.


Baca Juga :

RSUD Ryacudu Kotabumi Sepelakan Pasien, Dua Nyawa Melayang

==

Bupati Lampura Berjanji Beri Sanksi Tim Medis Ceroboh



“Penyakit ini termasuk dalam kasus langka. Untuk kasus ini jika terjadi mau dimanapun dan sebagus apapun rumah sakit dan tenaga medisnya, pasti tidak akan mampu mengatasinya,” terangnya.
Ditanya paska kejadian tersebut, bagaimana pihak RSUD tetap berusaha menjaga kepercayaan masyarakat atas penanganan dan pelayanan rumah sakit,  dokter  Spesialis kandungan itu membantah bahwa terjadi penurunan kepercayaan publik terhadap RSUD yang dipimpinnya. Akan tetapi tidak menampik bahwa banyak terdapat kekurangan yang terjadi.
“Kalo dibilang kepercayaan masyarakat menurun tidak juga, terbukti kami kualahan melayani kedatangan pasien yang jumlahnya membludak. Justru akibat banyaknya pasien kami takut pelayanan jadi tidak maksimal. Tetapi yakinlah kami akan selalu berusaha meningkatkan pelayanan,” pungkasnya.
Sementara itu, Suami korban, Jumadi yang juga hadir saat itu amat menyesalkan kejadian tersebut.
Menurutnya penanganan dari para petugas medis yang  piket saat itu, sangat buruk.
“Saya harap, kedepan tidak terjadi lagi. Cukuplah saya yang mengalaminya jangan sampai ada orang yang ikut mengalami seperti yang saya alami,” keluh Jumadi dengan nada sedih.  
Penulis : Andrian Volta
 Editor : Seno
Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

error: Berita Milik GNM Group