gentamerah.com // Tulangbawang- Sejumlah saluran air dekat perkebunan warga Kampung Bujuk Agung, Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulangbawang, dicemari limbah, akibatnya, selain membuat air disaluran itu bewarna hijau kehitaman, juga mengeluarkan bau tidak sedap.
Diduga limbah tersebut berasal dari PT.Bumi Waras, produsen tepung tapioca, di jalan lintas timur, Kampung Bujuk Agung, Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulangbawang.
Pantauan Gentamerah.com, sepanjang aliran yang mengarah ke sungai menuju unit empat itu mengalami perubahan warna kehijauan, dan tercium bau tak sedap. Terdapat sebuah pipa atau selang yang tertanam ditanah, tepat hulu sungai setempat. Pipaa itu diduga berasal dari limbah hasil
PT.Bumi Waras.
Dengan adanya pencemaran tersebut, PT BW melanggar undang-undang dasar 45, pasal 28 H, yang menjelaskan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi warga negara Indonesia. Dan juga Undang-undang no 32 tahun 2009, tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Guna mengelabui warga, Zat kimia berbahaya yang dikeluarkan dan dibuang langsung melalui aliran dengan sengaja, dibuat secara tersembunyi dan diselimuti semak-semak belukaran.
Liawati, salah seorang warga setempat mengatakan, dampak dari limbah sudah sangat lama dirasakan, sejak adanya pabrik yang berdiri sekitar tahun 1987 dan mulai beroperasi sekitar 1989 hingga saat ini.
“Kalau musim hujan, baunya luar biasa, makan aja kadang harus masuk kelambu, sekarang masih mending, karena masih kemarau, pabrik masih banyak merluin air, tapi yang jelas, kalau sumur sudah pasti tercemar, enggak bisa dipakai,” ujarnya Kamis (04/10/2019).
menurutnya, akibat pencemaran tersebut, beberapa warga jatuh sakit, diserang penyakit paru-paru, diduga karena gangguan pernapasan akibat menghirup bau limbah yang selalu menghantui warga sekitar setiap kali cairan limbah itu meluap.
“Bukan hanya orang dewas, anak-anak juga kena paru-paru, tapi yang saya tahu, enggak ada bantuan, ataupun kepedulian pihak pabrik, berobat sendiri, pabrik itu cuma kasih bantuan berupa sembako, setahun sekali,” terang Liawati.
Debatnya seru ya, tapi itu menurutku. Karena seru menurutku belum tentu menurut mereka,” celoteh kawan sambil menikmati secangkir Kopi pait yang kubuat.
Waduh kades jabatannya ditambah dua tahun, kesempatan dikucak dan mengucak. Aturan yang pas tepat waktu mau Pilkada, jadi bisa untuk alat,” kata chat WA kawan, yang mulai gelisah
Kata Siapa Dimana-mana jalan hancur, kayak kubangan kerbau. Buktinya para elit politiknya, santai aja. Warganya diajak milih pemimpin mereka tetap semangat kok.