Tingkah Pak Kapolres, Mengapa Pro “Kontra”

Tingkah Pak Kapolres, Mengapa Pro “Kontra”



Ada pro ada kontra, ketika datang yang kontra biasanya segera muncul yang pro. Nah masalah yang pro ini ada apa, ya aku ga tahu,” begitu celoteh kawan dengan panjang kali lebar, saat berbincang tentang seorang perwira polisi, kepalanya para polisi yang ada di Way Kanan Provinsi Lampung.

Dari awal obrolan, aku hanya berusaha menyimak saja, jadi pendengar yang baik. Walaupun kadang gatal mulut ini ingin ngomong, seperti gregetnya  tanganku ingin  mengurai kata, ketika mendengar hinaan profesiku.
Ah, rupanya sudah ada yang pro, sekelompok yang mengatasnamakan warga. “Ga usah ditanya, ada apa. Ini dunianya sudah seperti ini, kalau banyak nanya, banyak nulis aneh kena bully ,” ujar kawan padaku.
Kalau memiliki jabatan tinggi, pengaruh tinggi, strategi tinggi, dan semua yang tingii-tinggi pasti ada pembelanya. Coba kalau si Ucrit yang kesehariannya nyangkul disawah, dengan emosinya menghina orang, lalu dilaporkan ke polisi, ini jelas bui urusannya. Kemana mereka yang mau pro, hah…., sudah ikut Belanda pergi jauh dan pura-pura tidak tahu.
“Lha, inikan cerita tentang penghinaan, kalau memang merasa benar dan tidak ada salah, mengapa harus minta maaf. Nah dengan adanya permintaan maaf itu dah jelas bahwa perkataanya ga senonoh,” celetuk sahabatku yang sejak awal asyik menikmati secangkir kopi hitam.
Ketika gejolak disemua wilayah mulai merajam itu tandanya kekompokannya sangat luar biasa. “Harusnya tunjuk personil, jangan upat hina profesi. Ah, beliau sedang khilaf, banyak yang dipikirkan, jadi maafkanlah,” kata kawan yang secuil ambil kalimat sang pengawal.
Kita tunggu endingnya saja, bukan baradu siapa yang kuat. Tapi sudah semestinya petinggi-petingginya bisa mengerti. Bukan membiarkan, bisa jadi abu, dan terbang melayang. Mungkin hanya satu permintaan rekan-rekan seprofesiku, usut tuntas dan beri sanksi tegas. ****
Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

error: Berita Milik GNM Group