Donny Irawan,ST
Kabiro gentamerah.com Bandar Lampung
Menurut Marx dan F.Engels ‘ Dalam masyarakat sosialis, kelas proletariat diharapkan dapat mengambil alih kekuasaan dan mengatur produksi serta distribusi barang dan jasa. Dengan demikian, peran kaum borjuasi sebagai pemilik modal dan pengusaha tidak diperlukan lagi.
Namun, dalam prakteknya, proses transisi dari masyarakat kapitalis ke masyarakat sosialis tidak selalu berjalan dengan mulus. Kaum borjuasi masih dapat memainkan peran dalam beberapa cara, seperti:
- Perlawanan terhadap perubahan: Kaum borjuasi dapat melawan perubahan sosial dan politik yang mengancam kepentingan mereka.
- Kolaborasi dengan kelas proletariat: Dalam beberapa kasus, kaum borjuasi dapat berkolaborasi dengan kelas proletariat untuk mencapai tujuan bersama, seperti meningkatkan produksi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
- Peran dalam proses transisi: Kaum borjuasi dapat memainkan peran dalam proses transisi dari masyarakat kapitalis ke masyarakat sosialis, seperti membantu dalam proses nasionalisasi industri dan membantu dalam proses pembangunan ekonomi sosialis.
Idiologi Marhaenisme adalah sebuah idologi yang dikembangkan oleh Sukarno, yang berdasarkan pada konsep sosialisme dan nasionalisme. Tujuan dari Marhaenisme adalah menciptakan masyarakat yang adil, sejahtera, dan merdeka, yang berdasarkan pada prinsip-prinsip kesetaraan, keadilan, dan kebebasan. Pancasila, Trisakti, dan UUD 1945 adalah bagian dari Marhaenisme, yang berfungsi sebagai landasan ideologis dan konstitusional bagi negara Indonesia.
Tujuan dari revolusi Indonesia, adalah menciptakan tatanan dunia baru atau tatanan Indonesia menuju sosialisme Indonesia. Ini memiliki kesamaan dengan konsep sosialisme yang berdasarkan pada konsep perjuangan kelas dan pengambilalihan kekuasaan oleh proletariat untuk menciptakan masyarakat sosialis. Dalam Idiologi Marxisme yang di kembangkan oleh Karl Marx dan F.Engels
Marhaenisme dan sosialisme Indonesia lebih menekankan pada nasionalisme, kebudayaan, dan keagamaan, serta memiliki tujuan yang lebih luas dan kompleks daripada sosialisme yang dikembangkan oleh Marx dan Engels.
Dalam konsep Marhaenisme yang dikembangkan oleh Sukarno, kelas yang menjadi dominan dalam menggerakkan revolusi menuju Tatanan sosialisme Indonesia adalah kelas Marhaen.
Kelas Marhaen adalah kelas yang terdiri dari petani, buruh, dan kaum miskin lainnya yang menjadi korban penindasan dan eksploitasi oleh kelas kapitalis dan kolonial. Kelas Marhaen dianggap sebagai kelas yang paling berpotensi untuk menggerakkan revolusi menuju sosialisme Indonesia.
Dalam Marhaenisme, kelas Marhaen dianggap sebagai kelas yang akan menjadi pemimpin revolusi dan akan mengambil alih kekuasaan dari kelas kapitalis dan kolonial. Kelas Marhaen akan menjadi kelas yang dominan dalam menggerakkan revolusi menuju Tatanan sosialisme Indonesia.
konsep Marhaenisme tidak sama dengan konsep sosialisme ilmiah yang dikembangkan oleh Marx dan Engels. Dalam Marhaenisme, kelas Marhaen tidak dianggap sebagai kelas yang akan lenyap dalam proses revolusi, melainkan sebagai kelas yang akan menjadi pemimpin revolusi dan akan mengambil alih kekuasaan.
Dalam tahapan Tatanan sosialisme Indonesia, pertentangan kelas tidak dianggap akan lenyap secara total, melainkan akan berubah menjadi pertentangan antara kelas Marhaen dan kelas kapitalis yang masih ada. Namun, pertentangan kelas ini dianggap akan berkurang secara bertahap seiring dengan perkembangan masyarakat sosialis Indonesia.
Indonesia memiliki potensi untuk mewujudkan cita-cita ideologi yang diciptakan oleh Sukarno, yaitu masyarakat sosialis Indonesia yang berdasarkan pada Trisakti: Politik Berdaulat, Ekonomi Berdikari, dan Kebudayaan Berkepribadian.
Namun, perlu diingat bahwa perjalanan menuju cita-cita tersebut tidaklah mudah dan memerlukan perjuangan yang panjang dan berkelanjutan. Indonesia harus menghadapi berbagai tantangan, seperti kemiskinan, ketimpangan, dan korupsi, yang dapat menghambat proses pembangunan dan pemerataan.
Selain itu, Indonesia juga harus mempertahankan identitas dan kebudayaannya yang unik dan beragam, serta memastikan bahwa pembangunan dan kemajuan tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang, tetapi juga oleh seluruh rakyat Indonesia. Dalam konteks ini, peran generasi muda sangatlah penting dalam mewujudkan cita-cita ideologi Sukarno. Mereka harus menjadi agen perubahan dan memimpin perjuangan menuju masyarakat sosialis Indonesia yang lebih adil, berdaulat, dan makmur.
Dengan demikian,saya percaya bahwa Indonesia dapat mewujudkan cita-cita ideologi Sukarno, namun memerlukan perjuangan yang panjang, berkelanjutan, dan melibatkan seluruh rakyat Indonesia.
Seperti yang saya kutip dalam isi Pidato Bung Karno saat memperingati hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1964 “
Pada tanggal 17 Agustus 1964, Presiden Soekarno mengemukakan konsep Trisakti dalam pidato peringatannya, yaitu tiga prinsip untuk membangun Indonesia secara mandiri, yaitu Politik Berdaulat, Ekonomi Berdikari, dan Kebudayaan Berkepribadian.
Konsep ini lahir dari pengalaman Indonesia yang pernah mengalami penjajahan yang merusak mentalitas bangsa, sistem ekonomi yang tergantung pada bantuan asing, serta budaya terjajah yang menghilangkan semangat gotong royong yang menjadi modal sosial dalam memperkuat solidaritas politik dan ekonomi Indonesia. Dengan kata lain, Trisakti mengajarkan tiga prinsip untuk menumbuhkan mental kejayaan nusantara.
Sekarang ini, Indonesia sedang menuju ke era Indonesia Emas tahun 2045. Di tahun 2030, Indonesia diproyeksikan mengalami bonus demografi. Kondisi dimana penduduk usia produktif (15-60 tahun) mencapai hingga 190 juta atau 69,3%. Jika potensi ini dikelola baik, maka akan menjadi modal penting menuju Indonesia Emas 2045 dan Indonesia naik peringkat menjadi negara maju.
Dengan berbagai kondisi dan kemungkinan itu, Indonesia harus dapat merespon dengan cepat dan memastikan strategi yang tepat sehingga mampu mengambil keuntungan dari perubahan dunia, bukan sebaliknya kalah oleh perubahan.
“Trisakti adalah senjata paling ampuh kalau kita ingin mewujudkan Indonesia seperti yang kita cita-citakan dalam proklamasi kita. Kita harus betul-betul melibatkan generasi post milenial atau Gen Z. Revolusi Mental harus bisa menggaungkan perubahan cara berpikir, cara bersikap, dan cara bertindak serta menanamkan tiga gagasan Trisakti kepada generasi penerus masa depan bangsa,”
Bandar Lampung, 24 February 2025
Penulis ;