“Kata Siapa Dimana-mana jalan hancur, kayak kubangan kerbau. Buktinya para elit politiknya, santai aja. Warganya diajak milih pemimpin mereka tetap semangat kok. Itukan Cuma hiasan daerah saja,” celoteh kawan, disebuah meja makan warung sate depan SPBU Sidoarjo, Waykanan.
Mendengarnya aku hanya senyum-senyum sendiri dan manggut-manggut, gumamku iya juga susah buat kolam ditengah jalan kalau bukan di daerahku ini, kalau ga hujan kelihatan lubang menganga, kalau hujan, penuh dengan air dan sulit dilalui kendaraan.
“Iya juga, buktinya dapat penghargaan terus, berati kan daerahnya bersih, rapi dan elok. Pegawainya aja ga boleh minum kemasan, harus pakai tambler. Takut jadi sampah, ngotori perkantoran, kalau yang di pelosok ga pa-pa lah hancur,” timpal kawan sambil tertawa lebar.
“eh nanti dulu,” sergah sahabatku,
Dia tanya yang pelosok itu yang kayak mana, apa saat warganya protes tak didengar sama pejabatnya yang tutup mata, tutup telinga, ga digubris.
“Aiii.. itu mah sengaja dipelosokan, biar kelihatan gimana gitu,” ucap sahabatku, sambil narik tusuk sate kambing dari mulutnya, yang kelihatan ngalot.
Alot kayak pejabat disini, kalau di protes masalah jalan, alasanya itu punya provinsi, di provinsi katanya sudah diusulkan berkali-kali.
“Nah berarti pejabat provinsinya yang mejam. Terus jalan yang punya kabupaten yang mana, kan udah Sebagian diserahkan sebagai aset kampung, lha pertanyaanya, kampung apa ada anggaranya untuk bangun. Wihh sama aja,” ujar kawanku, yang dari tadi hanya diam, sambil menikmati secangkir jus jeruk, tanpa gula, matanya berkelip karena kecut.
Ya, kecut kayak suara warga yang hanya suaranya tak didengar. Dan akan dijawab saat kampanye nanti, dengan seribu janji.
“Ya lah sebagai bahan kampanye, meski setelah jadi juga lupa. Ada kok contohnya, kampung yang paling ujung itu. Tapi ya manut aja saat pejabatnya sudah ngomong harus menangkan si Labi-labi, suaranya meledak, di kampung itu. Meski tak usah kampanye,” kata sahabat.
Rokokku yang hanya tinggal sebatang, diembat juga sama kawan yang habis makan sama sate, masam mulutku yang dari tadi tak ngudut. Aku pamit dulu, takut kalau bebarengan malah suruh bayarin. ***