Ngeles itulah, apapun ceritanya tentu
akan akan dibela. Ini zamannya,” ahai, gumam hatiku setelah untuk kali ketiga
orang berbeda menghubungiku di seluler bodol milikku.
masih tentang bibit unggul ikan, ikannya yang terlalu lincah mulai menggeliat,
lari hingga tidak mencukupi quota pagu dana proyek. Jika anggaran
diminimalisir, ini dana puluhan juta pembeliannya diciutkan, agar lebih besar
masuk kantong pejabatnya.
tentang siang itu, pejabat tingginya mulai menggusari, memberikan ribuan alibi. Tentang perubahan Renstra
hinngga pemecahan dinas. Aku hanya menyoal tentang anggaran tahun 2017, bukan
sebelum Dinas itu dipecah.
APBD 2017, bukan APBD perubahan, tapi
ternyata direalisasikan akhir tahun, akhir APBD Perubahan,” celoteh kawan,
sambil ngunyah Duren.
siang itu, disebuah teras rumah sahabatku, yang tiba-tiba telpon selulernya
juga berbunyi. Ternyata tidak lain lagi, masih membahas tentang proyek bodong
pengadaan ikan juga.
wakil rakyat, juga mengaku itu miliknya. Aku sedikit terkejut, mana yang benar,
karena sebelumnya seorang kawan juga mengaku proyek itu miliknya. Atau hanya sebuah alibi saja, biar redam
masalahnya, masyarakat biar tidak tahu tentang hulangnya ribuan ikan proyek
itu.
banyak cerita diteras rumah sahabatku itu, bahkan tentang mesin pellet ikan
yang siluman. Karena kendati dianggarkan hingga ratusan juta, mesin itu tidak
tampak.
alas an sang pejabat tinggi, mesin itu tidak mungkin diletakan di BBI, tapi
ditempat pembesaran ikan. Ternyata setelah telusur dilokasi yang seperti yang
ditunjuk sang pejabat, mesin itupun tidak pernah ada.
ngilang Mesin itu mang,” kata sohibku, seraya nyeruput kopi pahit, seperti
pahitnya bahasa-bahasa mereka.
yakin besokpun aka nada lagi yang mengaku itu miliknya, atau menambah
alibi-alibi lain, tentang Proyek ikan dan mesin pellet siluman. ***