RSD HM Ryacudu Kotabumi Diduga Terancam Bangkrut, 10 Bulan Jaspel Tak Dibayar

RSUD

gianLaporan : Gian Paqih

Gentamerah.com || Lampung Utara – 10 Bulan jasa pelayanan (Jaspel) Rumah Sakit Daerah (RSD) Mayjend HM Ryacudu Kotabumi belum di bayar,  di duga rumah sakit tersebut mengalami kebangkrutan. Pasalnya, selain Jaspel tak di bayarkan tempat berobat milik pemerintah itu juga sepi pasien, banyak kekosongan obat karena beberapa vendor obat belum terbayarkan.

“Memang betul saat ini pasien sepi, tidak seperti tahun 2019 kebawah, jadi saat ini  ruang pasien tidak semuanya terisi dan beberapa banyak kamar yang kosong, mungkin karena selalu kekosongan obat,” kata Direktur RSD Mayjend HM Ryacudu, dr. Aida Fitria Subandi, M.kes di dampingi Mantan Direktur RSD Mayjend HM Ryacudu, dr. Cholif Paku Alamsyah, di ruang kerjanya, Senin (09/10/2023)

Aida menjalaskan, kekosongan obat itu cukup panjang, sejak  dari tahun 2019. “Alhamdulillah hutang dari 2019 sampai 2020 mecapai Rp11 milyar lebih, sudah di bayar, dan jaspel yang tidak terbayarkan 1 tahun pada saat itu, akhirnya juga bisa di bayarkan,” kata dia.

Menurutnya, karna masih banyak vendor  yang belum lunas, artinya di tahun 2019-2020 Rumah Sakit (RS itu terbayarkan hutangnya, tapi akhirnya sebagai imbasnya  RS itu berhutang lagi.

“Sekarang ini, kita sedang mengatasi hutang dari 2021 sampai dengan saat ini, dan itu ada beberapa vendor obat saja yang berhenti lagi, bukan hanya obat, bahan habis pakai ada yang stop lagi, karena sudah mencapai ambang batas hutangnya, dan kita belum mampu membayar saat ini . Saat ini terutang bisa mencapai Rp5 sampai Rp6 milyar, termasuk obat, bahan habis pakai, Jasa dan darah,” terangya.

Di jelaskannya, memang kalau Jaspel itu dalam Perbupnya di jelaskan, bahwa maksimal sebesar-besarnya 60% dari berobat rumah sakit, setelah menghitungkan tetap prioritaskan berkesinambungan pelayanan.

Baca Juga : Hilang Kemana Anggarannya, 10 Bulan Nakes di RSD Ryacudu Kotabumi Belum Dibayar

“Pendapatan kita memang sedikit, dengan jumlah pasien yang sedikit. Saya dengan teman-teman management harus bener-bener pandai meminis, bagaimana caranya agar obat tetap tidak kosong dan tetap bisa berjalanya pelayanan. Bulan ini bisa mencicil obat, dan jaspel, walaupun tidak bisa dalam satu bulan di bayarkan semua,” kilahnya.

Saat di tanya berapa jumlah penerima Jaspel itu, di akuinya sekitar 512 pegawai, dan jumlahnya sangat overload.

“Jelas overload, dalam satu bulan dari pendapatan misalkan satu persen, itu sudah sekitar Rp200 juta sampai Rp300 juta, di bagi 512 penerima Jaspel, dan untuk dokter. Memang nominal yang di terima kecil,” kata dia.

Direktur rumah sakit plat merah membantah, saat di tanya rumah sakit itu terancam bangkrut. “Enggak bangkrutlah, kami masih berharap ada bantuan dari pemerintah Daerah. Paling tidak di bantu untuk operasional,” ujarnya.

Editor : Sen’s

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

error: Berita Milik GNM Group