Pak Bupati….! Saya Ingin Sekolah, Jualan Peyek Untuk Secanting Beras

Pak Bupati....! Saya Ingin Sekolah, Jualan Peyek Untuk Secanting Beras

gentamerah.com

Pesawaran- Wajahnya tampak lusuh,
terlihat lelah menggelayut dalam tubuhnya. Namun, semangatnya menepis semua
semua itu, yang ada dalam benaknya hanyalah hari ini harus habis semua julan
kripik yang dijajakan keliling bersama adik kandungnya.
Rio, bocah berumur tiga belas tahun
yang kini duduk dibangku sekolah dasar kelas enam itu, tidak seperti anak
seusianya yang lain. Tatkala lonceng sekolah telah berbunyi dan waktu pulang
tiba, bukanlah waktu bermain yang akan dilakukan. Tetapi, bersiap untuk
berdagang peyek.
Sesampai dirumah, Eni, Ibu Kandung
Rio segera menyiapkan kantong plastik berisi peyek bungkusan. “Setelah ganti
pakaian, saya dan adik keliling jualan peyek,” ujar bocah yang mengenakan baju
corak kotak-kotak itu.
Dari satu gang ke gang lainnya, Rio telusuri
sambil sesekali suara khas bocahnya berteriak kecil menawarkan dagangannya. Terik
matahari yang acap menerpa tubunya tidak pernah dirasa olehnya. “Kalau bisa
laku semua, bisa beli beras sedikit, beli sayuran,” ujar Rio, tertunduk seraya
mengulurkan sebungkus peyek kacang kepada seorang pembeli, Juamat (17/02/2017).
Jiat, ayah kandung Rio yang tidak
bisa mencari nafkah lagi karena sakit-sakitan, kondisi itu menggerakan hati
bocah tersebut untuk memenuhi kebutuhan keluarga.Rio yang tinggal di Dusun III,
Desa sukaraja, Kecamatan Gedong Tataan kabupaten Pesawaran, Lampung, acap kali
terbesit iri melihat anak-anak seusianya yang semringah bermain bersama teman
lainnya.
Dua kantong plastik warna merah
berisi peyek kacang buatan ibunya, hari itu masih tampak terisi banyak, karena
hanya beberapa yang laku terjual. Sepotong kayu kecil diselipkan dilobang
pencangking plastik, sekedar meringankan beban bawaanya, dengan cari itu dua kantong
palstik bisa ditenteng bersama adik kandungnya.
Dua bocah berkulit sawo mateng itu
bergantian menawarkan dagangannya. “Peyek-peyek,” ujarnya, sambil sesekali
matanya melihat beberapa orang yang duduk didepan teras rumah, dengan harapan
salah seorang dari warga itu memanggilnya untuk membeli dagangan peyek yang
dijajakannya.
Jika hari itu dagangannya habis
terjual, Rio akan merasa lega karena bisa membeli secanting beras, untuk makan
petang bersama kedua orang tuanya.
“Harga peyek ini perbungkus  hanya Rp2500. Setiap jualan, saya hanya
membawa 35 bungkus saja, itu pun belum tentu habis, kalau hari libur sekolah,
saya berjualan dari pagi dan uang hasil jualan untuk membeli beras,” ujar Rio,
yang langsung terduduk disebuah teras, terlihat kelelahan.
Ketika petang menjelang, Rio dan
adiknya segera pulang, tidak ada hiburan yang dapat dinikmati dirumahnya.“Di
rumah ada TV tapi sudah lama tidak bisa ditonton, karena rusak. Kondisi rumah
saya aja dindingnya terbuat dari papan,” ucap Rio.
Lirih dia berkata kepada tim
gentamerah.com, penuh harapan agar uluran tangan pemerintah daerah bisa
meringankan beban mereka. Untuk seragam sekolah saja, tidak bisa menikmati yang
baru. Kendati sudah usang, harus tetap dipakai, agar bisa sekolah dan menempuh
cita-cita.

“Kalau Pak Bupati bisa membantu, saya
dan adik bisa membeli perlengkapan sekolah dan bisa untuk membeli beras,”
begitu dalam ucapan bocah itu.



Laporan      : M.ALi Mubarok
Penyunting : WarSeno
Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

error: Berita Milik GNM Group