gentamerah.com — “Kalau ada yang manggil mau urut, ya baru dapat duit,” sepenggal kalimat yang diucapkan Aminah, saat mulai menceritakan kehidupannya.
Wanita paruh baya yang memasuki umur enam puluh satu tahun itu, hidup bersama ananknya yang selama ini telah divonis dokter menderita penyakit epilepsi. Rambutnya yang memutih dengan guratan wajah yang menghiasi rautnya, terlihat menyimpan beban hidup yang amat berat sejak ditinggal suaminya yang telah bertahun menghadap Ilahi.
Janda tua yang tinggal di RT 05 LK 03 kelurahan Kotaalam menempati rumah gribiknya dengan ukuran sekitar 5×6 meter. “Saya hanya tukang urut, belum tentu dapat uang. Kalau ada yang manggil minta urut ya baru dapat itupun tidak setiap hari,” ujarnya.
Rumah yang ditempatinya sejak tahun 80-an itu, hanya khayalan dan mimpi ketika hendak istirahat dikasur empuk. Mulyadi, putranya yang memiliki penyakit Epilepsi hanya dapat memberian penghasilan paling besar Rp10 ribu, sebagai tukang pungut sampah.”Saya hidup bersama dua anak saya, tetapi yang satunya jarang pulang. Kondisi rumah ya beginikah reot. Mau bagusin gak ada uang. Syukur-syukur bisa untuk makan sehari,” keluh Aminah di kediamannya (09/05/217).
kekeluhannya bukan karena kemiskinan yang diderita, kendati kondisi tersebut menjadikan sebuah beban tersnidir tetapi yang lebih miris acapkali Mulyadi, pingsan dan terjatuh saaat menarik gerobak sampahnya.”Sebagai tukang sampah dengan imbalan Rp.10 ribu rupiah/bulan, setiap rumah tangga yang memakai jasanya. Terkadang pula anak saya (Mulyadi) terjatuh dijalan saat menarik gerobak sampah karena ia mengidap penyakit ayan,” tutur Aminah diamini anaknya Mulyadi dengan mata berkaca-kaca.
Beras miskin (raskin) yang saat ini berubah istilah menjadi beras sejahtera (Rastra) harus ditebusnya dengan merogoh uang sebesar Rp.55 ribu. Sedangkan untuk bantuan langsung tunai (BLT), baru merasakan sekali, itupun ketika suaminya masih hidup. ” Saya belum pernah didata untuk bantuan bedah rumah, atau mungkin ketika pengurus kelurahan datang saya lagi tidak ada di rumah. Tetapi saya sangat menginginkan bantuan dari pemerintah,” harapnya.
Rilis : Andrian Tama
Editor : Bimo Seno