Nina Bobokin Honorer “Isentif Berbau Politik”

SENO

“Halah ga jadi, udah jauh-jauh rupanya hanya dibohongin aja,” celoteh seorang sahabat kepadaku, sepulang dari upacara bendera di sebuah Lapangan Baradatu.

Wajahnya yang terlihat mimic kecewa tergambar jelas, tapi hanya sebuah kekesalan yang dapat diungkapkannya. Aku yang mendengarkan emosional tertahan milik kawan itu hanya bisa tersenyum. Aku tak hendak menghardik siapapun, hanya kasihan padanya yang kini masih berstatus honorer.
Kata dia kepadaku keberangkatannya ke lapangan itu dengan penuh semangat setelah didengar ada kabar para honorer mendapatkan akan mendapatkan SK dari orang nomor satu di Lampung ini, dengan dalih aka nada isentiv perbulannya untuk mereka.
Waw, kok baru sekarang ya, dulu kemana aja,” gumamku dalam hati.
Ternyata kekecewaan para honorer tingkat SMA sederajat itu, saat datang dalam upacara yang dihadiri Wakil Gubernur Lampung itu, hanya mendapatkan SK Kadisdik Provinsi saja dan itupun nya simbolis.
“Lah kami kapan dapatnya, apa nunggu kalau Pilgub selesai, ya kalau menang lha kalau kalah, apa ini macet juga,” kata kawan dengan nada yang mulai kesal.
Sambil menghisap sebatang rokok kreteknya, kawan it uterus bercerita dan meluapkan kekesalannya. Aku yang dari awal jadi pendengar setia, hanya bisa manggut-manggut, karena siapa aku, hanya seorang pendengar saja, bukan pengambil kebijakan seperti para pejabat itu.
Kata kawan itu, isentiv yang dijanjikan tersebut hanya mulai tahun 2018 dan berkahir Desember tahun ini.
Tak bisa meluapkan kekesalan dengan yang dituju, maklum rakyat kecil dan obyek permianan penguasa, kawan honorerku ini, terlihat dalam menghisap rokoknya, hingga hembusan asapnya terlihat mengepul tebal, menyapu mukanya.
Tak beberapa lama, seorang sahabat datang mengendari sepeda motor Vega biru, melihat asyiknya obrolan yang padahal kurang imbang itu, sahabat langsung nimbrung, dan ikut jadi pendengar setia.
“emang berapa besarnya insentiv itu,” tanya sahabat kepada kawan.
Kawan honorerku hanya terdiam, terlihat bingung karena ternyata belum ada kejelasan berapa besarnya dana tersebut setiap honorernya.
Aku berusaha mememberi semangat keapda kawan tersebut, agar emosinya turun, karena celotehnya hanya sulit didengar para pemangku kebijakan. Ini perkara aturan ntah politik, yang mempolitiki objek-objek empuk demi sebuah kelanggengan jabatan tinggi. ***

Tinggalkan Balasan

error: Berita Milik GNM Group