Pariaman – Mengenaskan, siswi SDN 10 Durian Jantung, Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), meninggal dunia usai tubuhnya mengalami luka bakar 80 persen. Siswi kelas IV itu sempat mendapatkan perawatan, dan akhirnya meninggal dunia.
Aldelia Rahma (11), korban terbakar itu meninggal dunia mengalami mengalami gizi buruk, karena tubuhnya melepuh terbakar. Korban meninggal dunia pada Selasa (21/5/2024) di RSUP M Djamil Padang, usai dirawat pihak keluarga selama 4 bulan.
Sebelum mengalami luka bakar, Aldelia diminta gurunya untuk membakar sampah dengan seorang temanya. Nahas saat itu badan Adelia ikut terbakar karena diduga disiram minyak tanah oleh temannya yang sama-sama membakar sampah saat itu.
Dona, kakak sepupu korban, menjelaskan, peristiwa mengenaskan itu berawal ketika Aldelia sedang mengikuti pelajaran olahraga.
Waktu itu, kata Dona, guru Aldelia meminta siswanya untuk gotong royong membersihkan kelas. Di luar kelas, ada guru yang menyalakan api untuk membakar sampah yang dikumpulkan oleh para siswa.
Melihat api yang membara, para siswa mengelilingi api sambil melemparkan sampah. Sampai akhirnya ada satu murid laki-laki yang sengaja menyiramkan bensin jenis pertalite ke badan korban.
“Bensin itu diarahkannya ke Aldelia sehingga api membakar pakaiannya,” kata Dona, dikutip dari Tribunnews.com pada Jumat (24/5/2024).
Murid-murid yang melihat tubuh korban terbakar, langsung panik dan berhamburan. Sementara itu, korban dalam kondisi terbakar langsung berlari ke kamar mandi. Namun, pintu kamar mandi ternyata saat itu sedang terkunci.
Dengan kondisi api masih membakar bajunya, bocah mungil itu, lantas berlari ke ruang kelas. Guru olahraga yang melihat korban terbakar langsung berusaha memadamkan api yang sudah membakar sebagian besar tubuh Aldelia.
Setelah api berhasil padam, pihak sekolah kemudian langsung membawanya ke puskesmas terdekat sebelum akhirnya dilarikan ke RSUD Lubuk Basung.
“Di RSUD Lubuk Basung, keadaan Aldelia tidak bisa mereka jamin, sehingga dibawa ke RSUP M Djamil,” ujar Dona.
Dari RSUD Lubuk Basung ke RSUP M Djamil Padang, pihak sekolah tidak lagi mendampingi siswanya.
Aldelia ditemani oleh pihak keluarga ke RSUP M Djamil dan menjalani perawatan selama 35 hari di sana.
Karena tidak memiliki BPJS Kesehatan, pihak keluarga pun terpaksa harus merogoh kocek sebanyak Rp2 juta lebih untuk biaya pemindahan dan pengobatan awalnya.
Menjalani perawatan selama 35 hari, Aldelia sempat menjalani operasi sebanyak empat kali. Korban kemudian diperbolehkan pulang saat luka bakarnya baru sembuh 5 persen.
Alhasil, kondisi Aldelia yang masih mengenaskan di rumah makin memburuk. Bocah kelahiran September 2023 itu hanya bisa tiduran di rumah selama 2 bulan, dan bahkan mengalami gizi buruk.
Sementara usai Aldelia meninggal dunia, pihak keluarga melaporkan pelaku ke polisi. Saat ini laporan itu tengah diselidiki Polres Pariaman.
Kasat Reskrim Polres Pariaman, Iptu Rinto Alwi mengatakan, dari laporan tersebut akan meminta keterangan beberapa saksi.
“Iya. Laporan keluarga Aldelia sudah masuk sejak Rabu (22/5) lalu. Sementara laporannya kepada teman korban yang diduga sebagai pelaku,” kata Iptu Rinto kepada detikSumut, Jumat (24/5/2024).
Rinto mengatakan, laporan tersebut dilayangkan pihak keluarga kepada terduga pelaku yang saat ini masih duduk di bangku kelas 4 SD. Walau laporan tersebut hanya ditujukan kepada terduga pelaku, Rinto menyebut tidak menutup kemungkinan pemeriksaan terhadap pihak sekolah juga akan dilakukan Polres Pariaman dalam waktu dekat.
“Nanti dari penyelidikan bisa berkembang kepihak sekolah. Walau saat ini laporan pihak keluarga masih ke pelaku yang masih kelas 4 SD. Karena disitu pihak sekolah berpotensi ada kelalaiannya. Jadi nanti akan kami kembangkan,” jelasnya.
Kasat Reskrim mengatakan, pihaknya dalam waktu dekat akan memanggil terduga pelaku dan saksi-saksi yang berasal dari teman korban berserta pihak sekolah. Pemanggilan itu untuk mengungkap kronologi kejadian.
“Kita akan memanggil saksi dulu, mungkin Senin depan akan kita panggil teman-teman korban yang mengetahui kejadian. Dan selain itu, kita akan memanggil pihak sekolah berserta 2 guru yang mengetahui kejadian itu,” ungkapnya.
“Untuk 2 guru ini, seharusnya dia yang mengawasi muridnya saat goro berlangsung. Sementara kedua guru ini berasal wali kelas dan guru olahraga korban,” sambungnya.
Selain itu Rinto belum bisa memastikan minyak yang diduga digunakan terduga pelaku untuk membakar korban. Dugaan awal merupakan minyak tanah.
“Untuk minyak yang digunakan terduga pelaku ini belum bisa kita pastikan. Karena dari pihak sekolah menyebut itu minyak tanah sisa pembakaran dulu yang terletak di ruangan sekolah,” bebernya.