Caption : Adi Rahman (12) penderita Jantung Bocor Tiga tahun lamanya, terlihat lemas, lesu tidak ada semangat seperti teman temannya saat mengaji.
gentamerah.com | Pringsewu- Kondisi ekonomi yang hanya mengandalkan mencari barang rongsok, mengakibatkan Rianto (40) dan Endang (37), tidak mampu memberikan pengobatan yang selayaknya, bagi Adi Rahman (12) Putra Pertama pasangan suami istri ( pasutri) tersebut yang mengalami jantung boor sejak tahun 2014 lalu.
Warga Desa Gading Rejo Dusun Wetan Kali kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung itu hanya bisa pasrah, dan berharap adanya uluran tangan donatur atau pemerintah daerah.
“Anak saya menderita jantung bocor sejak tahun 2014 lalu, saya sekeluarga hanya mambawa Adi berobat jalan, di Rumah Sakit Abdoel Moeluk. Kalau pemeriksaannya dilakukan tiga bulan sekali, tapi beli obat setiap bulan,” kata Rianto, saat di temui gentamerah.com dikediamannya, Selasa, (17/10/2017).
Menurutnya, ketika itu tim medis Rumah Sakit umum Daerah Abdul Mueloek menyarankan agar anak pertamanya tersebut dilakukan oprasi ke rumah sakit yang ada di Jakarta.
“Bagaimana mau bawa anak ke operasi ke Jakarta, kami tidak memiliki uang untuk biaya hidup di sana nanti. penghasilan saya saja dari ngeroksok per harinya, hanya Rp45 ribu kalau masih nasib bagus mencapai Rp75 ribu. Semua itu hanya cukup untuk biaya sehari- hari saja,” kata dia.
Ternyata kondisi tersebut hanya digunakan sebagai ladang empuk bagi para calon kepala daerah. Rianto juga mengakui, saat di daerah tersebut melaksanakan pemilihan kepala daerah salah satu calon bupati yang saat ini sudah menjabat, mengunjungi mereka. Namun, setelah calon tersebut duduk dikursi empuk ternyata tidak pernah ada kehadirnnya.
“Ya mas, sewaktu akan ada pemilihan bupati waktu itu, salah satu calon datang kerumah saya ini, untuk melihat kondisi anak saya. Calon yang datang itu saat ini sudah menjabat Bupati (Sujadi, RED ), tapi, setelah dilantik belum pernah berkunjung lagi,” ujarnya.
Harapannya, pemerintah daerah dapat membantu meirngankan biaya untuk pengobata putranya ke Jakarta.
Debatnya seru ya, tapi itu menurutku. Karena seru menurutku belum tentu menurut mereka,” celoteh kawan sambil menikmati secangkir Kopi pait yang kubuat.
Waduh kades jabatannya ditambah dua tahun, kesempatan dikucak dan mengucak. Aturan yang pas tepat waktu mau Pilkada, jadi bisa untuk alat,” kata chat WA kawan, yang mulai gelisah
Kata Siapa Dimana-mana jalan hancur, kayak kubangan kerbau. Buktinya para elit politiknya, santai aja. Warganya diajak milih pemimpin mereka tetap semangat kok.