gentamerah.com // Lampung Utara – Terkait berbagai tanggapan adanya tembakan senjata ke udara yang dilakukan seorang anggota kepolisan dalam video prosesi adat Lampung Abung Pepadun ( begawi ) yang beredar diberbagai media sosial, seharusnya tidak perlu dipermasalahkan. Dengan alasan hal tersebut sebagai bentuk partisipasinya (Seorang Polisi) dalam prosesi tersebut yang sudah lazim.
“Sebetulnya, saya pribadi sebagai putra Pribumi Lampung tidak heran, karena dalam prosesi adat lampung (begawi), khususnya pepadun sering dijumpai adanya tembakan, baik itu memakai Senpi, Petasan bahkan jaman dahulu makai meriam. Jadi seharusnya tidak perlu dipermasalahkan oleh siapapun,” kata Rahmat Santori Gelar Suttan Rajo Mudo, dirumah kediamnnya menggapiberedarnya video tersebut, Kamis (19/9/2019).
Menurutnya, yang harus masyarakat umum ketahui, dan terlebih khusus masyarakat Lampung, bahwa tembakan keudara atau dalam bahasa lampung (timbak) dalam prosesi begawi itu, merupakan salah satu warisan atau pangkat adat seorang penyimbang Lampung yang cukup sakral.
“ Memang tidak semua masyarakat Lampung pepadun miliki timbak (senjata api) seperti itu, hanya tokoh-tokoh atau dalam bahasa Lampungnya penyimbang-penyimbang saja. Itupun didapat dari warisan turun temurun, baik dari pihak besan, paman, dan dari orang tua perempuan, namanya dalam prosesi adat manjau balak begawi,” jelasnya.
Timbak tersebut, kata Rachmat Santori, ada banyak macam, ada tembakan 4 (timbak pak) ada timbak serbo buluh (tembakan yang banyak), tergantung masyarakat adat tersebut. Namun, biasanya seperti yang tertulisdalam dokumen kepemilikan pakaian adat masing-masing rumah atau suku dalam Lampung Pepadun.
“Pada praktiknya, mungkin harus ada yang diperhatikan, seperti tempat dalam melakukan tembakan keudara, baik memakai jeduman bambu, petasan, atau yang lain-lain, harus diposisi yang aman dan tidak membahayakan orang lain,” tegasnya.
Menanggapi adanya salah satu anggota polisi yang turut menembakan senjata keuadara, menurutnya, dimungkinkan polisi tersebut adalah salah satu kerabat dekat atau bagian keluarga besar dari pemilik acara adat itu. “ Mungkin saja mereka ingin berpartisipasi dalam upacara adat, sembari ikut menjaga kondusifitas upacara adat yang sakral tersebut,” tuturnya
Dalam prosesi adat lampung pepadun (begawi) pun tidak bisa dilebihkan atau mungkin dikurangi baik dalam alat-alat adat atau proses didalamnya jika yang melebihkan atau mengurangi apa yang sudah menjadi kadarnya maka akan mendapatkan sanksi-sanksi yang sudah ditetapkan dari turun menurun.
“ Mari kita terus lestarikan adat budaya sebagai aset kearifan nusantara,” tukasnya.
Sementara itu, ditempat yang berbeda, tokoh muda adat Lampung, Arizo Fasha gelar Kiay Suttan Pesirah Abung mengatakan, bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan berlebih, terkait tembakan udara dalam acara adat begawi.
Menurut putra dari Akuan Abung, timbakan tersebut merupakan ciri khas dalam adat budaya Lampung Pepadun. Jika ada juga salah seorang polisi yang ikut dalam eforia seperti pada video itu, dengan memakai senjata profesi mereka, itu hanya sebagai bentuk kebanggan dan kegembiraan, berlebih terhadap keluarga yang melaksanakan begawi agung.
“ Harus kita ingat juga melaksanakan gawi adat itu tidaklah mudah, banyak hal-hal yang harus dipersiapkan serta diterapkan,” ucap Kiay Suttan Pesirah Abung.
Dijelaskan, dalam begawi adat pula adalah momentum tempat keluarga yang didalam kampung, marga dan sumbay saling berkumpul dan bahu membahu mensukseskan acara yang diyakini masyarakat Lampung pepadun sangatlah sakral ini.
“ Kita harus bangga jadi masyarakat Lampung, dengan segala kekayaan adat yang dimilikinya Menjadi salah satu indikator besarnya bangsa Indonesia,” pungkasnya.