bimbingan teknik, katanya,” celoteh seorang kawan di pinggiran SPBU Kotabumi,
sambil menikmati bakso gerobak dorong.
mulai berkaca-kaca. Seperti pedasnya awal cerita pak legislator yang katanya
menyoroti jalan-jalannya para Kades dan sekdes, tapi akhirnya mlempem kayak
kerupuk yang disiramkan dikuah bakso.
yang baru datang mengenakan baju bergaris hitam berbentuk kotak-kotak, kayak
kotak-kotaknya penyimpan statement mereka yang terkurung rapid an tak mungkin
lagi keluar untuk membendung aliran dana “boros” nya para kades dan sekdes.
keripik dari pedagang asongan yang
kubeli karena melihat sepinya pembeli, kendati keringatnya sudah mengucur
ditubuhnya, pedagang asongan itu masih mencoba menjajakan dagangannya. Ah tidak
ada fikiran dimereka tentang jalanya Kades dengan dana yang fantastis itu, toh
bukan bagianya. Yang mereka tahu mencari duit seribu dua, dengan modal sendiri,
bukan enaknya menikmati kucuran uang Negara yang kemudian bisa ngajak
keluarganya jalan-jalan.
gaya senyumnya yang khas, rambutnya yang
dipotong agak cepak itu, menggugahku dari diam menikmati keripik singkong.
Seperti diamnya para wakil rakyat tentang belasan juta per kades untuk dana
bimtek. Nikmat keripik singkongku seperti nikmatnya para jajaran kades hingga
punggawa kabupaten, bersama bancakan menikmati dana yang ga perlu mengucurkan
keringat mencarinya.
bimtek itu ke desanya, yang sudah pasti oleh-oleh untuk keluarga besarnya dulu.
Masalah apa yang mau diterapkan di desanya ya itu urus nanti. Jika kurang
matang dan paham, tahun depan masih ada anggaran lagi untuk bimtek ke daerah
lain lagi. “Ah biarkan mereka jalan, dan biarkan mereka (baca : Legislator)
diam”. ***