Ada “Upeti” Dana Desa, Seng Penting Aman

Lentera hati
S E N O
Pemred Genta Merah

“Tapi kok aman aman aja ya, ada upeti dibalik kepiwaiannya. Ngeri kalie aku dengarnya,” celoteh seorang kawan, disebuah warung soto jalan aka Gani.

Aku menyimak sambil penasaran, upeti apa dan siapa yang dapat tapi aman. Kayak amannya menikmati uang MTQ yang kabarnya cukup buat Bancakan.

“Kamu orang ini pura-pura ga tahu apa ga mau tahu ya. Itu upeti dana desa lho, tapi cantik mainnya dikirim via rekening.  Besarnya lumayanlah Rp5 juta sampai Rp10 juta,” ujar kawan sambil meninggikan suaranya, telihat semangat. Seperti samangatnya para penjilat jabatan, biar aman.

Waduh, alangkah fantastisnya upeti itu ya. Kalau satu desa segitu kalau kali puluhan desa, dalam sekali maraup udah ratusan juta. Terus bagi-bagi Ama siapa ya. Begitu kalimat.yang berkecamuk dalam benakku, tanpa menggerakkan bibirku alias kibungkam..kayak bungkamnya mereka pemberi upeti, takut sama atasan, ga takut sama Tuhan.

“Coba tolong diperjelas dulu, itu siapa sih, kalau penguasa kecamatan, alangkah beraninya dia ya.  Pantes ajalah kalau kondisi di desa aja amburadul, yang penting setoran lancar, laporan ke pucuk aman,” tanya sahabatku, sambil menikmati bakwan yang digoreng garing, tapi serasa nikmat, seperti pejabat sementara rasa pejabat definitiv.

Aku berfikir, kalau ga lancar juga tu setoran ke komandan pucuk, mungkin dah hengkang lama. “Ah kalau lancar, semua pasti mulus.  Jabatan mulus, upeti aman, dan semua lancar,” kataku sambil tertawa, seperti tertawanya mereka yang senang menginjak rasa dan mengedepankan kesombongan jabatan.

Seorang kawan yang baru datang, sambil memesan semangkok soto segera mendekati kami, ikut nimbrung. “Wah kalian ini apa gak tahu, dia tu pernah bilang gak ada kepentingan apa-apa sama masyarakat. Jadi setelah aku pikir ya emang benar, bukan sama masyarakat kepentingannya tapi dengan para pentolan desa, itu yang bisa menghasilkan,” kata dia.

Ah aku nambah bingung, tapi kucoba untuk memahami, karena paham itu belum tentu mengerti. Aku pamit sama mereka sambil membawa dua puluh biji bakwan, cukuplah untuk lauk makan sore ini.***

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

error: Berita Milik GNM Group