Kaki Yang Lumpuh Membuatku Jadi Pengemis

Derita Penjaja Makanan Keliling
Kaki Yang Lumpuh Membuatku Jadi Pengemis

gentamerah.com Lampung Utara— Terik Mentari siang, menyengat mendera tubuh, seorang nenek dipinggir jalan dibawah pohon yang tidak begitu rimbun daunnya. Sesekali daun kering jatuh diantara duduknya.
Mangkuk plastik diletakan tidak jauh dari tempat duduk ngampar wanita tua dengan umur tujuh puluh tahun itu. Sekedar menanti belas kasihan dari mereka yang lalu lalang dengan kesibukan masing-masing.
Musanah, begitu nama mantan penjaja makanan keliling itu yang kini tak mampu lagi meneruskan pekerjaan mencari nafkahnya, sejak kakinya mulai berat untuk digerakan, tulangnya yang pernah terseleo berat akibat kecelakaan kecil, harus merubah cara memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dipinggiran jalan peritis, Kelurahan Tajungaman, Kecamatan Kotabumi Selatan, itu wanita yang telah ditinggalkan suaminya menghadap sang Kuasa tersebut acap kali menanti belas kasihan mereka yang lewat. Guratan yang menoreh dikening dan beberapa bagian wajahnya, memoles bentuk uzur merangkak dalam kepedihan hidup.
Beberapa koin uang terlihat tergeletak didalam mangkuk plastik itu, hanya hitungan ribu rupiah. Sebungkus nasipun belum akan terbayar, apalagi beras dengan harga yang terus melambung tinggi. Tapi itu tidak membuatnya gelisah atau putus asa. “Apa yang bisa saya perbuat, pasrah dalam hidup ini,” kata Mbah Sanah, begitu warga sekitar memanggil Musanah.
Memang tidak seindah dulu, ketika Musanah masih memiliki tubuh yang sehat dan suaminya masih ada didunia ini. Saat ini, wanita paruh baya itu yang tinggal di sebuah gubuk reot bersama anak tunggalnya yang sehari-sehari bekerja serabutan.
“Bagaimana tidak saya seperti ini, anak saya satu-satunya tinggal bersama hanya mengandalkan hidup sebagai buruh. Dengan penghasilan tidak menentu, seperti ini syukur-syukur dapat membantu membeli susu cucu saya,” terangnya lirih.
Suaranya terdengar lemah, nafasnya dihela meringankan beban dalam dadanya, saat ditanya mengapa tidak mengobati kakinya yang sulit untuk berjalan. Faktor ekonomi, sehingga membiarkannya seperti demikian. Diakuinya sampai detik ini dirinya belum pernah mendatangi fasilitas kesehatan yang dijamin oleh pemerintah, karena berbagai faktor.
“Bagaimana mau berobat mas, saya gak punya duit. Kartu jamkesmas ataupun lainnya tidak punya, sehingga hanya bisa pasrah seperti ini,” tambahnya sayu.
Diakui perempuan berwajah penuh keriput itu, dirinya dan keluarga tidak pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah. Hanya jatah beras raskin yang diterima, itu pun tidak cukup memenuhi kebutuhan keluarganya. Mulai dari bantuan kemasyarakatan secara langsung, maupun jaminan kesehatan ia dan keluarga seperti luput dari perhatian.
“Kepengennya sih pengen sehat seperti dahulu. Paling tidak dapat mengurangi beban keluarga, tapi mau bagaimana lagi seperti inilah yang dapat saya lakukan,”pungkasnya.
Penulis : Andrian Volta
 Editor : Seno
Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

error: Berita Milik GNM Group