Beta Juana, Cingkau Pasar Yang Berhasil Jadi Wakil Ketua DPRD

Beta Juana, Cingkau Pasar Yang Berhasil Jadi Wakil Ketua DPRD
Senyumnya
yang ramah menyambut setiap tamu yang hendak bertemu dengannya. Diruang ber AC
itu, tidak ada batasan bagi konstituen dan warga yang hendak mengadukan
permasalahan atau sekedar ingin bersilaturahmi.
Ruang Wakil
Ketua I DPRD Way Kanan, Lampung, tidak pernah sepi dari tamu. Ternyata ruang
lelaki yang masih relatif muda tersebut mendapatkan simpati tersendiri dari
para kadernya. Beta Juana, begitu nama lelaki yang kini menduduki kursi wakil
ketua DPRD Way Kanan tersebut. Karier politiknya dimulai dari nol, bahkan
rentetan panjang harus dilaluinya.
“Dulu saya
jadi cingkau, membeli hasil bumi dari pasar satu kepasar lain. Modal tidak
besar, yang jelas saat itu saya bisa ada penghasilan,” kata Beta, yang
mengenakan baju batik latar belakang hijau itu.
Pria yang
hobi dengan potongan rambut yang sedikit cepak. Namun, trendi itu saat ini
menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan di Way Kanan.
Untuk menduduki kursi nomor satu di jajaran kepengurusan kabupaten,  partai berlambang banteng gemuk tersebut
bukan instan, karena ternyata Beta Juana yang bergelar Sarjana Hukum tersebut,
mengawali karier politiknya hanya sebagai kader biasa.
Bang Beta,
sapaan akrab lelaki yang dilahirkan pada 10 Juni 1977 itu memulai karier
politiknya pada tahun 1995 dipercaya menjadi Ketua ranting PDI Kampung Tiuh
Balak, Kecamatan Baradatu, Way Kanan. Saat itu Beta masih duduk di bangku
sekolah menengah di Bukit Kemuning, Lampung Utara.
Ternyata
darah politik  ayah kandungnya mengalir
pada tubuhnya, jika sebelumnya ayah kandungnya adalah salah satu kader tulen
PNI, Beta Juana tidak bisa lepas dari trah partai warna merah itu. Tidak hanya
sampai sebagai seorang kader saja, pemuda yang di Lahirkan di Baradatu, Way
Kanan itu terus berkiprah di Partai berlambang banteng.
Pada tahun 1999,
lelaki berperawakan tinggi, berkulit kuning langsat tersebut melejit dipercaya
menduduki kursi sekretaris pimpinan anak
cabang (PAC) PDI Perjuangan Kecamatan Baradatu. Hingga Tahun 2004, jabatan itu
masih dipercayakan pada dirinya.
Kepiawaiannya
dalam berorganisasi, ternyata membuat para pengurus Ranting yang ada di kecamatan
tersebut menggadang-gadang dirinya untuk duduk dikursi ketua PAC. Tahun 2004,
saat jabatan ketua PAC yang lama telah habis, Beta Juana, melenggang duduk jadi
Ketua PAC PDI Perjuangan Kecamatan Baradatu. “Semua itu perlu perjuangan dan
cara kita dengan rekan-rekan pengurus. Bagaimana kita bias mengakomodir
kepentingan mereka, sehingga mereka percaya kita bisa jadi ketua. Dan Ketua PAC
itu saya jabat hingga tahun 2010,” kata Beta Juana.
Luwes,
simple dan tegas serta pandai membimbing, membuat pria bergelar sarjana
hukum tersebut terus melonjak kariernya. Pada Tahun 2010 hingga 2015, jabatan
bendahara Dewan pimpinan cabang (DPC) PDI P Way Kanan dipercayakan pada
dirinya. Musda yang digelar partai beground merah itu terus memberikan peluang
baik.
Pekerjaannya
yang saat itu hanya seorang cingkau hasil bumi, menurutnya sama persis dalam
berpolitik. Sebuah kepercayaan dari para konsumen saat menjadi cingkau akan
membawakan keuntungan dan kemajuan berdagang, begitu juga dalam berpolitik,
kepercayaan konstituen akan membawa sebuah karier politik yang terus menanjak.
“Menjadi
cingkau itu sama dengan dalam berpolitik. Jangan kecewakan mereka, kalau
cingkau jangan kecewakan konsumen atau penjual, mereka akan kapok kalau kecewa
dan tidak percaya lagi sama kita. Begitu juga dalam politik kalau pengurus
partai dan konstituen tidak lagi percaya sama kita, maka habislah sudah,”
ujarnya, sambil mempersilahkan tamunya minum segelas kopi hangat.
Tidak cukup
pada posisi bendahara DPC, pada Tahun 2015-2020, Beta Juana berhasil
menduduki kursi Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Way Kanan. Melekatnya
jabatan tersebut mengiringi langkahnya yang telah dua periode duduk sebagai
anggota DPRD, melenggang ke kursi Wakil Ketua I DPRD Kabupaten setempat.
Beta
menampik pendapat tentang politik itu kejam. Menurutnya, tergantung dari
individu dalam memaknai sebuah kekuasaan politik. “Saya kurang setuju, karena
menurut saya tergantung bagaimana kita memaknai dalam merebut sebuah kekuasaan
dan ikut serta dalam memperjuangkan keinginan masyarakat,” ujarnya.
Beta
menjabarkan, kepercayaan masyarakat dan pengurus akan terus ada jika seorang
yang dipercaya selalu hadir dalam setiap kesusahan pengurus. “Jangan lunturkan
kepercayaan mereka, maka jabatan itu tidak akan panas. Kita harus selalu hadir
dalam setiap kesusahan pengurus, artinya, bahwa saat pengurus ketika
membutuhkan kita maka kita harus siap, apapun kondisinya. Maka semua itu akan
membuat jabatan politik menjadi sebuah kebanggaan, bukan sebuah situasi yang
saling menjegal,” kata dia.

Parpol Bukan Kutu Loncat
Partai
politik, menurut Beta bukan sebagai kutu loncat untuk mendapatkan sebuah
kekuasaan. “PDI bagi saya itu harga mati, mau sampai kapan pun. Seandainya
nanti, saya tidak bisa lagi berkarier di PDI dan ada yang menawarkan saya
partai lain untuk sebuah jabatan, saya akan menolaknya. Bagi saya PDI tidak
bisa ditawar lagi,” kata Beta dengan nada semangat.

Menutup
wawancara bersama gentamerah.com, Beta Juana mengaku, sebagai ketua DPC PDI
akan terus berjuang untuk memulihkan kejayaan partainya. Saat ini dengan sudah
adanya alat pencetak ID Card keanggotaan, merupakan sebuah trobosan baru untuk
merekrut kader baru. “Saya yakin, kedepan saya akan bisa membawa kejayaan
partai ini kembali,” kata dia.

Tinggalkan Balasan