SMAN 1 Banjit, Way Kanan, Lampung
menghadapi permasalahan fundamental dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Masyarakat
Indonesia pada umumnya dan dunia pendidikan khususnya, terkadang dibuat terperangah
dengan munculnya berbagai kasus penyimpangan
social, bahkan menjurus keperbuatan criminal, baik ringan maupun berat yang ternyata
pelakunya notabene sebagai seorang pelajar.
apa yang sedang terjadi sesungguhnya? Mengapa pelajar sebagai generasi muda yang
diharapkan mampu membuat negara kita lebih berkualitas, bisa bertransformasi menjadi sosok yang berjiwa
kriminal dan bisa melakukan penyimpangan-penyimpangan sosial yang tidak bisa dinalar dengan logika?
Bukankah pelajar memiliki dua rumah yang menaunginya dengan caranya
masing-masing? Rumah yang pertama merupakan rumah tempat tinggal yang
seharusnya bernuansa penuh kehangatan dan kasih sayang, rumah kedua adalah sekolah
yang merupakan suatu tempat untuk mentransfer segala kebutuhan peserta didik
untuk menjadi sumber daya manusia yang
mumpuni, dengan berbagai ilmu
dan pendidikan karakternya?.
pendidikan ibarat kawah candradimuka yang
siap menjadi wadah bagi peserta didik untuk menggemblengnya menjadi pribadi
yang tangguh dan berkarakter? Namun mengapa hal-hal tersebut tetap saja tidak
bisa optimal membuat peserta didik tidak bertransformasi ke suatu karakter yang
bukan kodratnya sebagai peserta didik?.
karakter mampu merevolusi mental peserta
didik, sehingga terjadi keteraturan sosial serta mengurangi perilaku-perilaku menyimpang yang
terjadi di masyarakat. Dan tidak bisa
dipungkiri juga, betapa kuatnya karakter mempengaruhi perilaku peserta didik. Karakter
yang positif pada diri peserta didik mampu membuat mereka menjadi sumber daya
manusia yang handal, namun jika yang dimiliki karakter negative, maka membuat mereka melakukan hal-hal yang tidak
terpuji. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, tenyata
kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh “ pengetahuan dan kemampuan
teknis dan kemampuan kognitifnya (hard skill) saja”, tetapi lebih pada oleh “kemampuan
mengelola diri dan orang lain (Soft Skill) “. Penelitian ini mengungkapkan
bahwa kesuksesan hanya ditentukan sekitar “ 20% hard skill” dan sisanya “80% oleh soft skill”.
yang kita ketahui bahwa soft skill hanya
dapat diperoleh dari pendidikan karakter pada peserta didik.
dunia pendidikan dan dalam pengembangan kurikulum di sekolah, telah menjadikan pendidikan karakter dapat dijadikan salah
satu ranah yang dikembangkan, dibina dan dinilai dengan predikat. Dalam
pengembangan kurikulum di sekolah ada tiga ranah yang dikembangkan, yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah psikomotor ( keterampilan) dan ranah afektif (sikap).
tanpa karakter adalah ibarat menjadi “buta”,
artinya pendidikan itu berjalan asal berjalan saja, tidak mempunyai titik
tujuan kecuali hanya membuat peserta didik mumpuni di bidang pengetahuan, skill
dan kompetensi tanpa memahami “mampu atau tidak” peserta didik tersebut mengakomodir keahlian
dan kompetensinya dengan optimal,
jika tidak didukung dengan karakter atau
pribadi yang baik dan kuat. Sebaliknya pengetahuan karakter/afektif tanpa disertai oleh pengetahuan kognitif dan
psikomotor hanya akan “lumpuh”, yang berarti bahwa peserta didik ini hanya akan
menjadi manusia yang dapat dimanipulasi dan dikendalikan oleh orang lain.
menjadi pekerjan rumah bagi stakeholder untuk mampu memberi bekal karakter yang tepat bagi
peserta didik. Apalagi sekarang perkembangan dunia semakin canggih, era globalisasi sudah tidak terbendung. Daya saing global antarnegara juga
semakin meroket tajam. Maka kita harus
mempersiapkan peserta didik dengan cermat, karena ini merupakan sebuah strategi investasi manusia. Mengapa
demikian?,
karena
dibutuhkan sumber daya manusia yang tidak hanya memiliki skill dan kompetensi yang berkualitas namun juga memiliki pribadi yang berkarakter untuk
menghadapi daya saing global ini. Era globalisasi yang sekarang ini menghampiri
negara kita dapat memberikan dampak positif dan negatif pada para peserta didik.
Perkembangan teknologi, perkembangan ilmu sains merupakan sekian sisi positif
dari globalisasi. Namun dampak negatif dari globalisasi akan seketika muncul,
jika peserta didik dan masyarakat tidak mempunyai pribadi yang berkarakter,
sehingga tidak mampu mengimbangi dan menyikapi perkembangan globalisasi. Dan sudah
menjadi hukum alam bahwa dengan semakin tingginya era globalisasi maka secara tidak
langsung daya saing terintegrasi di dalamnya. Hanya dengan memiliki daya saing
yang tinggi negara kita mampu menghadapi tantangan-tantangan global. Sehingga ,
pembangunan sumber daya manusia harus diarahkan pada pengembangan kemampuan dan
karakter kuat dan kompetitif.
sumber daya manusia, dengan diadakanya penguatan pendidikan karakter bagi
peserta didik. Selama ini, terkadang
pendidikan di sekolah hanya terpesona
pada ketercapaian kompetensi dan skill peserta didik. Walau dalam Undang-Undang
Pendidikan telah mengintegrasikankan pendidikan karakter didalam pengembangan
kurikulum, terkadang sebagian satuan pendidikan masih belum mengoptimalkan
pengembangannya. Kurang
kesadaran dari pihak keluarga dan
masyarakat serta lingkungan mengambil peran dalam penguatan karakter peserta
didik, dapat mengakibatkan hal negatif bagi
anak-anak, karena pada prinsipnya , dasar
dari pendidikan karakter, selain sebagai tanggung jawab sekolah, juga tanggung jawab keluarga dan
masyarakat.
masih ada sebagian keluarga dan masyarakat yang tidak menyadari tanggung
jawabnya. Bahkan sebagian dari mereka menganggap bahwa peserta didik sepenuhnya
dibawah tanggung jawab sekolah. Padahal, jika terjalin kerjasama yang baik antarsekolah, orang
tua, dan masyarakat serta lingkungan akan menambah presentase karakter positif pada peserta didik.
penguatan untuk mendidik karakter perserta didik harus dilakukan di berbagai lini, sehingga mereka memiliki karakter positif yang
mampu menghantarkan mereka menjadi individu yang handal dan mampu serta unggul, dalam menghadapi tantangan-tantangan
dan daya saing global. Strategi yang dapat dikembangkan menjadi pondasi dasar
penguatan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai cara. Keteladanan bagi peserta didik di ruang
lingkup sekolah, semua warga sekolah yang lebih dewasa harus memberikan
keteladanan baik dalam bentuk disiplin, prilaku dan perkataan. Pembiasaan yang dilakukan secara rutin dan
berkala, strategi penguatan karakter ini dilakukan dengan pembiasaan, misalnya
bersalaman dengan bapak ibu guru yang berpapasan, bersalaman dengan teman-temannya,
menumbuhkan karakter gemar membaca, membimbing peserta didik menunaikan
ibadahnya sesuai dengan agama mereka masing-masing, berdoa sebelum dan sesudah
belajar dan lain
sebagainya.
dan penghargaan, pujian dan
penghargaan diberikan ketika prilaku, wawasan dan cara pikir peserta didik
menunjukkan karakter positif, sehingga mereka akan selalu menjaga dan berusaha
mempertahankan nilai-nilai karakter positif yang telah ada untuk lebih berkembang.
Memberikan
punishment, sekolah memberikan hukuman pada perserta didik yang berkarakter
negatif dengan tidak mengabaikan rasa aman pada peserta didik baik secara fisik
dan psikis. Pemberian hukuman harus didasarkan peraturan sekolah yang telah
disosialisasikan sebelumnya oleh pihak sekolah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan seperti, peserta didik itu sendiri, guru, wali murid,msyarakat
dll.
pendidikan karakter pada pengembangan kurikulum, hal ini
dilakukan dengan cara menumbuhkan karakter positif pada setiap kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Mengenali dan mengembangkan potensi peserta
didik. Kegiatan penumbuhan
karakter yang terprogam, misalnya
melalui peringatan hari besar, bhakti sosial, lomba kebesihan kelas dll. Penguatan pendidikan peserta didik juga
dapat ditumbuhkan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang tentunya mereka
akan belajar cara berorganisasi, mengemukakan pendapat, bertanggung jawab dll. Mengukur tingkat ketercapaian penguatan
karakter para peserta didik, melakukan evaluasi dan rehabilitasi secara berkala pada peserta didik
yang berkarakter negatif. Menyatukan visi
dan misi serta komitmen warga sekolah, agar penguatan pendidikan ini
berhasil mengoptimalkan peran kepala sekolah, peran teman sebaya, wali kelas,
guru mata pelajaran dan mengoptimalkan peran guru bimbingan konsling untuk
melakukan konsling pada peserta didik secara berkala.
bekerjasama dengan orang tua, ini dapat dilakukan melalui “ Program Parenting Scholl”, yang secara berkala dilaksanakan dengan memberikan
sosialisasi program sekolah dan juga memberikan laporan terhadap wali murid
tentang prestasi dan karakter peserta didik, serta berkoordinasi agar penguatan
pendidikan karakter peserta didik tidak hanya dilakukan pihak sekolah namun
juga diterapkan oleh orang tua di rumah.
pendidikan karakter yang diberikan kepada peserta didik di atas, diharapkan
tidak hanya mampu menghantarkan mereka untuk menjadi “individu yang
berkarakter”, namun juga diharapkan karakter-karakter yang dimilikinya mampu
menjadikan mereka menjadi generasi muda
yang mampu menghadapi dan menjawab tantangan-tantangan
global dan memiliki kompetensi yang handal dalam menghadapi daya saing global.