“Terkunci, dikunci, apa kunci-kuncian, wah ini aneh ya. Kalau laki Perempuan dalam satu kamar, apa yang terjadi,” kata seorang kawan, saat nongkrong di rumah makan Ajo Kumis, tak jauh di kantor kecamatan Banjit.
Sruput kopi kental manisnya terasa nikmat sambil mengawali ceritanya, tentang dua orang aparatur yang terkonci dalam kamar hotel saat Bimtek Smart Village, di Ibukotanya Lampung.
Aku hanya tersenyum mendengar cerita kawan itu, sambil mendengarkan dengan serius, yah maklum Cuma dengar selintingan aja, katanya perwakilan para aparatur kampung semua ikut.
“Kok bisa terkunci, setahuku di hotel itu ada fasilitas telponnya, jadi bisa minta tolong sama pegawai hotelnya. Yah kecuali sengaja kunci- kuncian, dari jam delapan sampai jam 12 siang, kan lumayan lama. Atau malah buka yang lain,” timpal sahabatku yang duduk tapat disebalahku, sambil ngunyah nasi sayur telur bulat, itu yang harganya agak murah, seraya tertawa menyeringai.
Kayaknya sahabat ini hobi makan telur, buktinya satu piring telurnya ada dua biji. Telurnya dah mulai habis, sedangkan nasinya masih banyak. Emang telur sayur rumah makan itu lebih nikmat, dari pada telur dirumah.
“Aii kamu orang ini, jangan suudzonlah, mungkin kunci pintunya memang rusak, jadi bimtek aja ga sempet ikut lagi, maklum dah hari kedua. Kan emang Cuma tiga hari acara itu, walau SPJ pembuatanya agak ribet, lha wong dananya yang ngeluarkan PMD Provinsi kok yang disuruh buat SPJ kampung, ini agak keblinger,” sahut kawan, sambil menghabiskan kopi kentalnya, rokoknya yang sudah habis mulai grayangi rokokku, hasil ngutangku diwarung.
“Lah ga usah ngalihkan pembicaraanlah, tadi katanya sepasang aparatur yang sudah punya keluarga masing-masing, ini malah masalah SPJ, dananya aja perkampung Rp6 juta, yang Rp5juta balek lagi ke penyelenggara. Nahkan malah ngomongi penyelenggara, jadi mereka berdua itu bisa keluar jam berapa,” tanya sahabataku, sambil tanganya melambai ke Ajo Kumis minta telur lagi, karena nasinya masih banyak.
Oh, ceritanya sama-sama cari enak, penyelenggara dan pesertanya yang dua orang itu, sergahku yang otakkku makin travelling, ini apatur kampung mana ya. Mau nanya sama kawan ga enak, seolah-olah ketinggalan berita hot.
“Lumayanlah, jam 12 siang itu baru terbuka, katanya seoarang sekdes yang bantu bukain pintunya. Tapi ya lumayan dari sekitar jam setengah delapanan sampai jam 12. Aii ntah apa yang terjadi, saudara-saudaraku,” sahut kawan yang belum lama nyampai, tapi tahu bener ceritanya, mungkin dia ikut di hotel Nusantara itu, makanya tahu bener. Masuk ke warug Ajo Kumis langsung pesan es, yah biasanya bayarnya ngandalin kawan, di aitu.
Dah lah, aku yang dari tadi mendengarkannya, sambil ngopi pahit kesukaanku, mau pamit duluan, tapi kawan yang satu berteriak minta dibayari es tehnya. Sudah kuduga, kayak biasanya dia minta bayarin, padahal duitku juga mepet makanya Cuma minum kopi pahit saja.
Enaknya dua sijoli itu, hotel gratis karena dibayari PMD, ongkos dapat, weh alangkah asyiknya, ya.
Ah setelah aku bayar kopi dan es teh manis, laju ngoyor pergi, makan dirumah aja, biniku dah nyambal kentang kesukaanku.