Mesuji – Ditengah gempuran batu bata modern atau bata ringan, pengerajin batu bata merah di Desa Mekar Sari, Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji, Lampung masih bertahan.
Meskipun saat ini sudah banyak yang mulai beralih menggunakan batu bata putih/bata ringan (Habbel), Yanto (45) masih mempertahankan kerajinannya, demi memenuhi kebutuhan ekonomi kelauarga.
Yanto mengaku, pembuatan batu bata merah yang tergolong memakan waktu yang cukup lama, namun tetap digeluti oleh sebagian penduduk Desa Mekar Sari, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji, Sabtu (19/10/2024) .
Untuk pembuatan batu bata sejumlah 50.000-80.000 buah, membutuhkan waktu minimal 2 bulan baru siap bakar. Proses pembakarannya memakan waktu kurang lebih tiga hari tiga malam.
“Kalau prosesnya itu, tergantung jenis tanah yang kita gunakan, juga cuaca saat pembakaran dimulai,” katanya.
Dari tanah yang dikontraknya, Yanto berencana membuat batu bata merah sebanyak 200 ribu buah. Dengan bantuan 15-20 orang.
Tanah yang luasnya kurang lebih 2.500 m2 tersebut dijadikan lahan pembuatan batu bata merah, dan telah dikontraknya 1,5 tahun lalu.
“Sudah menghasilkan puluhan ribu batu bata merah. Dengan tanah yang tersisa mungkin masih bisa memproduksi batu bata lagi selama 2 tahun ke depan,” ujarnya.
Diakuinya, kendala yang dihadapinya, kegagalan saat pembakaran, bahkan pernah mengalami kegagalan dari 40.000 buah batu bata yang dibakar, hanya mendapatkan 15.000 buah yang bisa dijual.
“Kendala seperti itu julas memakan biaya untuk pembelian kayu bakar sebanyak dua kali. Faktor cuaca dan jenis tanah yang digunakan juga mempengaruhi produksi batu bata merah,” akunya.
Tanah yang tergolong baik, kata Yanto akan membutuhkan lebih lama dalam proses pembakaran, dibandingkan dengan tanah yang mengandung sampah, seperti pasir yang bercampur saat hujan turun.
“Saya juga pernah tertipu dengan pembeli yang pesan batu bata saya. Sudah jauh-jauh mengantar ke tujuan, tapi yang pesan tidak ada di tempat itu. Itu kerugian yang cukup banyak,” tambah Yantom, seraya tersenyum ke pekerja lainnya.
Dibantu 20 orang dalam produksinya, minimal Yanto menghasilkan 120 ribu buah batu bata merah, dengan penjualan hingga ke luar Mesuji.
Pembeli batu batanya paling jauh dari Kabupaten OKI dan Tubaba. Dengan pengalamannya selama 5 tahun ini, Yanto mempunyai keinginan untuk punya pabrik sendiri, sehingga tidak perlu berpindah-pindah mencari tanah yang mau dikontraknya.
Namun, untuk saat ini, yang terpenting adalah kebutuhan untuk sekolah anak-anak dan kebutuhan untuk keseharian keluarganya tercukupi.
Terpisah, Kepala Desa Mekar Sari, Sunardi mengatakan, bahwa sebagian besar masyarakatnya memang menggantungkan hidup dari usaha pengrajin bata merah.
Menurutnya, saat ini di desanya tercatat sudah ada 200 lebih pengrajin bata merah. Sehingga Desa Mekar Sari, Kecamatan Tanjung Raya, memang dikenal sebagai salah satu produsen Bata Merah di Kabupaten Mesuji.
“Dengan adanya para pengrajin bata merah ini saya sangat berterima kasih, karena bisa menyerap tenaga kerja lokal. Kendati hasilnya memang tidak seberapa, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi, dengan adanya para pengrajin bata merah ini bisa menjadi sumber pencaharian masyarakat ditengah sulitnya perekonomian saat ini,” ucapnya.