gentamerah.com | Lampung Utara— Hiruk pikuk pusat ibu kota Lampung Utara diwarnai dengan anak-anak sekolah yang telah saip dengan peralatannya, bahkan tak jarang sisw sekolah dasar telah emmiliki handphone canggih. Namun, tidak seperti nasib Ayu Lestari (12) dan Aria (6), kedua bocah hanya memiliki semangat meraih cita-cita tetapi untuk kelengkapan seragam dan alat tulis tidak dimilikinya.
Orang tuanya yang hidup dalam serba kekurangan memaksa kedua bocah itu untuk bisa menerima kondisi sekolah tanpa berganti seragam bahkan untuk buku tulis hanya cukup satu untuk semua pelajaran.
Bocah asal Desa Ajikagunga Kecamatan Abung Kunang, Lampung Utara, tersebut juga bersekolah di gedung yang juga serba terbatas. Di sekolah dasar negeri (SDN) 03 desa setempat.
Untuk menuju sekolah, kedua bocah itu harus berjlan kaki hingga kiloan meter, tidak ada sepeda yang dapat meringankan perjlanan mereka. Uang jajanpun tidak pernah ada, hanya bisa menatap rekan-rekan sekolahnya saat istirahat tiba, memenuhi kantin.
Ayu Lestari, siswa kelas VI SDN 03 Ajikagungan, sedangkan Arya duduk dibangku kelas I sekolah setempat. Ibu kandungnya yang telah dipanggil sang Khalik sejak Ayu berumur kurang daru dua tahun. Ibunya bekerja sebagai TKW di negeri seberang, meninggal di negeri orang hingga dimakamkan dinegara tersebut.
“Ayah saya juga meninggalkan kami dirumah dengan nenek dan kakek. Sampai saat ini, hanya hidup berdua disini,” terang bocah berparas hitam manis itu.
Ayu menerangkan, selama ini kakeknya yang membiayai seluruh kehidupan keduanya,, dengan mengandalkan penghasilan dari menderes pohon enau yang diambil getah niranya. Dari nira itulah dimasak menjadi gula merah untuk memenuhi segala biaya kehidupan mereka.
“Kami hanya bisa menahan hidup, ditengah-tengah daya upaya kakek yang mulai menurun. Dalam satu harinya hanya mengahasilkan Rp15 ribu. Itupun saat getahnya bagus, kalau sekarang malah lagi gak ada, ” ujar Ayu sambil mengan air matanya.
Penulis : Andrian Volta
Editor : Seno
Editor : Seno
