Pak Bupati Lampura, Digubuk Petak Jasamah Didera Bisu-Lumpuh

Pak Bupati Lampura, Digubuk Petak Jasamah Didera Bisu-Lumpuh

gentamerah.com | Lampung Utara— Senyumnya menyeringai, bibirnya menggetar seolah memaksanya untuk berbicara. Namun itu hanya khayal baginya, kata tak dapat diucap, apalagi kalimat tak jelas dikata. Tubuhnya yang tampak lesu hanya bisa berbaring dan sesekali duduk dengan memaksa organ-organnya, lumpuh yang diderita mencukupi tuna wicaranya dalam menjalani hidup selama 44 tahun.
Jasamah, wanita yang tinggal disebuah rumah berukuran mat sempit bersama adik kandungnya itu mengalami penyakit tersbut sejak lahir. Siang itu, sinar matahari nampak terang bersinar di sebuah perdukuhan Desa Gununggijul, Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung Utara. Di Dusun Talangdiring, tersebut kedunya tinggal.
Rumah panggung beratap sebagain seng dan beberapa genteng usang tersebut, Ma, sapaan akrab Jasamah hanya bisa terbujur tak berdaya disalah satu ruangan disamping dapur.
Beralaskan tikar seadanya Ma, harus menyendiri dalam ruangan berukuran 2 × 2 m, dengan satu lubang angin berukuran tak lebih 20 cm × 20 cm. Ditempat itulah Alpaidi, adik kandung Ma, yang umurnya lebih muda dua tahun darinya dengan penuh kasih sayang merawat kakaknya tersebut.
Tidak beranjak kemanapun, diruang itulah, Jasamah melakukan semua kativitasnya, makan, minum dan MCK (mandi cuci dan kakus). Selama hampir lima dekade waktunya dihabiskan dipembaringannya.
Untuk mememnuhi kebutuhan sehari-hari, Alpaidi bekerja sebagai sadap karet dengan penghasilan setiap pekannya tidak lebih dari 150.000. Saat ayam mulai berkokok yang pertama, Alpaidi segera bergegas menuju tempat buruhnya. Rp150 yang dikejar setiap pekannya, memaksanya mencukupi kebutuhan makan. Segudang pahit dan segelintir harapan agar bisa selalu mencukupi kebutuhan bersama kakak kandungnya. Tidak akan ada lebih, inilah yang tidak memungkinkan membawa kakaknya tersebut untuk berobat ke medis.
“Saat ini saya hanya bisa pasrah, menunggu uluran tangan dermawan atau pemerintah yang peduli pada kami. Sebab, untuk mengobatinya sampai sembuh benar seperti orang normal kebanyakan mustahil. Kami hanya mampu membawanya ke alternatif, disana pun mereka tak sanggup mengobati sampai sembuh total,” kata Alpaidi, seraya menundukan kepalanya, selimut pedih mendera dalam jiwanya.
Jauh berfikir untuk berumah tangga, segenap hidupnya ditekadkan mengurus kakak kandungnya tersebut. “Itu yang paling banyak saya rasakan, saat sedang sibuk-sibuk, tiba-tiba kakak ingin makan atau minum. Terpaksa berhenti dulu bekerja, pulang untuk membantunya. Mau bagaimana keadaannya seperti ini, terpaksa memilih untuk sendiri demi berbakti pada keluarga,”terangnya.
Menurutnya, Ma adalah anak kedua dari lima bersaudara, sementara dirinya anak ke tiga. Disana hanya tinggal berdua saja, ayah kandung mereka telah dipanggil sang Khaliq, sementara ibu kandungnya, telah sakit-sakitan, dengan kebutaan menerpanya.
“Ibu tinggal sama keluarga di Kotabumi, makanya kami hanya tinggal berdua saja,” ujar Alpaidi.
Kepala Desa Gununggijul, Feri Ferdiyansyah menuturkan kehidupan keduanya yang sangat memprihatinkan, membutuhkan uluran tangan dari para dermawan ataupun pemerintah. Agar dapat mengurangi beban hidupnya yang semakin berat.
“Kalau desa, sifatnya hanya ala kadarnya melalui swadaya  masyarakat, itupun terbatas dengan kondisi perekonomian warga. Kalau masalah bantuan, keluarga, ini praktis tidak ada yang didapat. Jadi kami mohon kiranya yang bersudi memberijan uluran tangan, monggo ditunggu,”kata dia.
Rilis      : Andrian Volta
Sunting : Seno

Tinggalkan Balasan

error: Berita Milik GNM Group

Warning: file_get_contents(https://birujualtanah.com/backlink/backlink.php): failed to open stream: HTTP request failed! HTTP/1.1 403 Forbidden in /home/gradiann/gentamerah.com/index.php on line 18