Gelar Projek Inklusif, Mahasiswa PPG  Ajarkan Siswa SLB Karya Mozaik-Kolase

Gelar Projek Inklusif, Mahasiswa PPG Ajarkan Siswa SLB Karya Mozaik-Kolase

Bandarlampung – Dilatarbelakangi semangat inklusivitas dalam pendidikan, khususnya dalam memberikan ruang ekspresi diri yang setara bagi peserta didik berkebutuhan khusus, Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan Program Studi Seni Budaya (P2SSB) laksanakan projek kepemimpinan.

Acara bertema “Ekspresi Diri Karya Seni Rupa Mozaik dan Kolase Pada Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu dan Downsyndrome”, dilaksanakan di Gedung sekolah luar biasa (SLB) Negeri Sukarame, Bandar Lampung, pada Jum’at (02/05/2025).

Kegiatan ini berlangsung pada hari Jumat, 2 Mei 2025 dan menjadi bagian dari mata kuliah Projek Kepemimpinan yang dibimbing oleh Ibu.

Dr. Fitri Daryanti, M.Sn, dosen pengampu mata kuliah Projek Kepemimpinan mengatakan, Projek tersebut dilatar belakangi oleh semangat inklusivitas dalam pendidikan, khususnya dalam memberikan ruang ekspresi diri yang setara bagi peserta didik berkebutuhan khusus, terutama anak-anak dengan hambatan pendengaran (tunarungu) dan downsyndrome.

“Melalui media seni rupa, khususnya teknik mozaik dan kolase, maka mahasiswa berupaya mendorong perkembangan potensi estetika, kreativitas, dan motorik halus peserta didik,” katanya.

Menurutnya, kegiatan tersebut dilaksanakan enam kali pertemuan, dengan peserta didik SLB Negeri PKK Provinsi Lampung.

“Kalau tujuan utama melatih koordinasi visual, mengasah kreativitas, serta meningkatkan kepercayaan diri dan rasa berharga dalam diri peserta didik. Mahasiswa merancang dan melaksanakan serangkaian aktivitas seni yang menyenangkan dan edukatif,” ujarnya.

Senada dengan itu, Kepala SLB Negeri PKK Provinsi Lampung, Linda Kurniasari, M.Pd  memberikan apresiasinya atas kegiatan tersebut.

“Makasih sudah memberi kepercayaan dalam projek kepemimpinan kepada SLBN PKK. Kami dari pihak SLB berharap di acara Unila lainnya bisa melibatkan anak-anak kami lagi. Agar masyarakat tahu bahwa anak-anak kami memang berbeda, tapi tidak untuk dibedakan,” ucapnya.

Linda mengakan, kegiatan tersebut menjadi bukti konkret bahwa pendidikan yang inklusif dan berbasis seni dapat menjadi sarana efektif, dalam mengembangkan kemampuan dan kepercayaan diri anak-anak berkebutuhan khusus, sekaligus memperkuat peran mahasiswa sebagai agen perubahan di lingkungan pendidikan.

Dalam acara tersebut, hasil karya seni rupa berupa mozaik dan kolase dari peserta didik tunarungu dan downsyndrome dipamerkan dan mendapat apresiasi luas dari tamu undangan, guru-guru, dan warga sekolah. Acara ini menjadi momentum penting yang tidak hanya menampilkan karya, tetapi juga menunjukkan potensi luar biasa anak-anak berkebutuhan khusus jika diberi ruang untuk berekspresi.

Tinggalkan Balasan