Ciptakan Anti Money Politic, P3KM Sepakat Pilih Pemimpin Mesuji Yang Berintegritas

 

Gentamerah.com || Mesuji- Forum Komunikasi Alumni Panitia
Pelaksana Pembentukan Kabupaten Mesuji (P3KM) sepakat kawal demokrasi yang
bermartabat untuk memilih pemimpin di Mesuji kedepan dengan mengedukasi
masyarakat untuk anti politik uang.

Hal itu menjadi salah satu kesimpulan dari hasil Diskusi
Publik yang digelar Forum Komunikasi Alumni P3KM dalam memeringati HUT
Kabupaten Mesuji Ke-13 di Rumah Makan (RM) Singgalang, Jalan Lintas Timur
(Jalintim) Sumatera, Km81, Simpangpematang, Mesuji, Rabu (01/12/2021).

Diskusi public tersebut dihadiri tokoh-tokoh panitia
pembentukan Kabupaten Mesuji itu mengusung tema Tiga Belas Tahun Menjaga Rindu
yaitu Agus Salim Harahap (Sekretaris P3KM), Winarno, Parimpin, Erwin Bagindo,
Juan Situmeang (humas P3KM). Selain tokoh-tokoh P3KM, hadir dalam acara
tersebut Ketua KPU Mesuji, Ali Yasir. Kemudian Ketua Bawaslu, Apri Susanto,
Staf Ahli Pemkab Mesuji, Adi Sukamto, Ketua Parisada Hindu Mesuji, I Komang
Sutiaka, Ketua Pemuda Muhammadiyah Kab. Mesuji, Fajarulloh dan Imron tokoh
pemuda setempat.

Sedangkan menjadi moderator dalam diskusi tersebut, Jhon
Tanara, ST yang juga anggota DPRD Kabupaten Mesuji dari PKB. “Tapi saya
jelaskan dulu ya, saya disini, moderator. Bukan sebagai anggota dewan,”
ujarnya.

Diskusi diawali Sekretaris P3KM, Agus Salim Harahap yang
mengutarakan keinginannya agar P3KM tetap berkiprah dengan semakin bertambahnya
usia Kabupaten Mesuji. “Usia Kabupaten Mesuji sudah 13 Tahun. Kita terus
mengawal pembangunan ini. Saya mengutip Mahatir Muhammad yang mengatakan tidak
ada kata tua untuk mengabdi untuk negeri ini,” ujarnya.

Agenda utama P3KM saat ini, jelas Agus Salim adalah bagimana
memberikan pendidikan politik yang baik agar tidak memilih pemimpin yang tidak
amanah. Karena yang sudah berjalan selama ini, kata Agus sudah salah yakni
dengan jual beli suara atau money politik.

“Ini terus terjadi. Dan berulang-ulang. Money politik ini
sudah pasti salah. Dari sudut pandang manapun. Dari hukum Negara sudah pasti
bisa ada sanksi bahkan pidana. Apalagi dari sudut pandang agama. Sudah pasti
salah. Jadi ini yang harus kita benahi,” ujarnya.

Jangan sampai, kata dia lagi, karena sudah berlarut-larut,
tidak ada satupun orang yang mengingatkan hal ini, sehingga menjadi kebiasaan
dan menjadi budaya. “Khawatir saya money politik menjadi budaya. Pemimpin yang
dihasilkan oleh cara yang salah pasti korupsi,” tegasnya.

P3KM tegas Agus lagi, harus turun gunung untuk mengedukasi
masyarakat agar nanti pada pilkada 2024 tidak memilih pemimpin yang tidak punya
visi misi untuk pembangunan Mesuji. “Nanti siapapun yang mau maju pilkada di
Mesuji, kita Tanya komitmennya, apa programnya dan integritasnya. Kalau sama
dengan kita (P3KM), kita dukung, jadi tidak perlu beli-beli suara untuk
dipilih. Kita yang keliling menyampaikan ke masyarakat,” jelasnya lagi.

Senada, tokoh pemekaran lainnya, Winarno, sepakat dengan
yang disampaikan Agus. “Kedepan, meski kita beda bendera, baju, ras, agama,
tapi kita satu untuk memajukan Mesuji kedepan. Dengan memilih pemimpin yang
terbaik buat Mesuji,” jelasnya.

Seperti filosopi tentang Wiralaga Mulya. Yakni semangat
perwira yang berlaga di medan perang dengan jiwa yang mulia.

Ali Yasir, Ketua KPU Mesuji, dalam kesempatan itu juga
mengatakan ia tidak dalam kapasitas penyelenggara pemilu. “Saya sebagai anak
Mesuji yang juga rindu, sama seperti tema kita malam ini, bagaimana bisa Mesuji
maju. Punya pemimpin yang berintegritas,” terangnya.

Karena selama ini, kata dia, selain sulit komunikasi juga
arah pembangunan tidak focus. “Pertemuan ini, kiranya menghasilkan rekomendasi-rekomdasi
untuk standar memilih pemimpin Mesuji kedepan,” terangnya.

Pada penutup, Jhon Tanara sebagai moderator mengambil
bebarapa poin yang diringkas bahwa P3KM akan terus mengagendakan
pertemuan-pertemuan diskusi rutin membahas berbagai permasalahan di Mesuji.
Terlebih agenda pilkada Mesuji yang semakin dekat. Kedua, membentuk jaringan
sampai tingkat desa agar mengedukasi masyarakat agar berani dan cerdas. Tidak
memilih pemimpin yang hanya modal uang membeli suara. NARA

error: Berita Milik GNM Group
Exit mobile version