Digebukin “Salah Tangkap” Pak Pol dan Pak Kakam

Digebukin “Salah Tangkap” Pak Pol dan Pak Kakam
WARSENO

 


Sudah salah
tangkap, digebukin pula,
” celoteh kawanku, yang baru datang ketempat kerjaku.
Aku yang mendengar spontan menanggapi ungkapan itu. Ternyata seorang lelaki
dipukulin karena disangka melakukan perampokan.
“Lah kok ga
lapor ke Propam, “ sahut seorang rekan yang duduk disampingku. Mungkin dia
takut, atau malah sudah kena ancaman, karena yang melakukan pemukulan dan salah
tangkap itu oknum polisi di kecamatan kawanku itu. Yang lebih miris lagi,
penunjuk salah tangkap itu justru kepala kampung yang kata kawanku itu Kampung
Kemu.

Babak belur,
dah pasti, prosesnya ga ada, bahkan terkesan takut. Ternyata kemiripan wajah
membuat pria di kampung itu harus lebam. Yang berbuat kakak kandungnya yang
digebukin adiknya, pak polisi yang berbuat nekat, pak kepala kampung yang sok
paham. Seperti bahasa iu agak cocok, sebagai gambaran celoteh ini.

Kalau kabarnya,
bekas gebukan itu sudah di visum, tapi memang agak rumit, karena yang dihadapi
itu Pak polisi dan Pak kepala kampung. Begitu ujar kawanku, sambil menghisap
rokoknya. Aku hanya manggut-manggut, sambil bertanya-tanya itu polisi daerah
mana.

Spotan
kawanku Nyeletuk, katanya nama
daerahnya itu kawasan Banjit. “Ah, Apa Iya,” hanya itu jawabku. Ternyata untuk
melindungi diri, pak kepala kampung alias Pak Kakam ini, berlindung dibalik
ketiak orang nomor satu di Kupaten. Ujar kawanku, setelah kejadian itu, pak
kakam langsung ngeledot  minta bantu sang penguasa daerah.

“Ah jadi
menakutkan, tidak sesuai slogannya, siap melindungi masyarakat,” celetuk
sahabat yang sejak tadi ngaduk-aduk
kopi pahitnya. 

Kubiarkan ocehan
sahabat itu, aku hanya terdiam, sambil mencari sisa puntung rokok yang tadi
kuhidukan. Rupanya sudah mati apinya, tidak lagi berasap. Seperti mereka yang
merasa paling hebat, ternyata perasaannya sudah mati. Tapi tinggal asapnya memedihkan
 mata rakyat jelata. ***

error: Berita Milik GNM Group
Exit mobile version