SENO (CEO GNM Group)
Dunia pendidikan kita tampaknya sedang berada di titik nadir. Betapa tidak, seorang guru yang mestinya jadi panutan di kelas, justru asyik live TikTok di jam sekolah. Lengkap dengan seragam ASN, di salah satu sekolah negeri, ia tampil bukan sebagai pendidik, melainkan seleb dadakan di layar ponsel.
Yang bikin tambah miris, isi live itu sama sekali tak ada kaitannya dengan mata pelajaran. Bukan mengulas ilmu, bukan menanamkan karakter, melainkan ngobrol receh dengan bahasa kadang tak mendidik, sekadar mencari perhatian dan gift dari penonton.
Murid-murid? Entah ditinggal di kelas atau dibiarkan kebingungan. Yang jelas, sang guru lebih memilih panggung TikTok ketimbang panggung sejatinya, kelas.
Guru Jadi Seleb, Murid Jadi Korban
Lucu sekali dan sekaligus menyedihkan. Kita selalu berteriak bahwa murid harus disiplin, dilarang main HP di jam pelajaran. Tapi gurunya? Malah lebih dulu melanggar dengan main TikTok saat jam sekolah.
Apa kabar kewibawaan guru jika sudah seperti ini? Murid tentu belajar cepat: kalau gurunya saja cari cuan lewat TikTok, kenapa mereka tidak? Jangan salahkan jika nanti murid lebih bangga jadi seleb medsos daripada jadi ilmuwan, dokter, atau guru.
Pendidikan Runtuh Karena Cuan dan Gengsi
Inilah wajah buram pendidikan kita. Bukan lagi soal keterbatasan fasilitas atau kurikulum yang carut-marut. Tapi mental sebagian guru yang sudah goyah, silau pada popularitas dan cuan instan. Profesi guru yang mestinya jadi panggilan jiwa, berubah jadi status formal yang dijalani setengah hati.
Way Kanan hanya contoh kecil. Boleh jadi, fenomena ini terjadi di banyak tempat lain. Guru yang seharusnya mengisi ruang kelas dengan ilmu, malah menjadikan kantor dan seragam dinas sebagai latar belakang konten TikTok.
TikTok Jadi Kelas Baru?
Kalau begini terus, jangan-jangan sebentar lagi kita tak perlu sekolah. Buka saja TikTok, nonton guru yang lebih sibuk bercanda ketimbang mengajar. Murid tak lagi butuh buku, cukup scroll layar ponsel.
Sungguh satir teknologi yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk pendidikan, justru dipakai untuk mengubur wibawa pendidikan.
Saatnya Tindakan Tegas
Pertanyaan besar “di mana pengawas sekolah? di mana Dinas Pendidikan?” Jangan-jangan mereka juga ikut asyik scroll TikTok, jadi tak sempat melihat fakta di lapangan. Kalau dibiarkan, ini bukan hanya soal satu guru, tapi soal kehancuran martabat pendidikan secara keseluruhan.
Guru ASN itu digaji oleh negara, dari uang rakyat, untuk mendidik anak bangsa. Tapi apa jadinya kalau jam mengajar dipakai buat konten murahan? Ini bukan lagi sekadar pelanggaran etika, tapi juga pengkhianatan terhadap profesi guru.
Pendidikan atau Hiburan Murahan?
Peristiwa guru ASN live TikTok di jam sekolah yang ada di salah satu sekolah negeri di Way Kanan adalah alarm keras bahwa dunia pendidikan kita sedang sakit parah. Murid dikhianati, masyarakat dibuat muak, bangsa kehilangan arah.
Kalau masih ada guru yang lebih sibuk mengejar gift ketimbang mendidik murid, maka tamatlah sudah. Dunia pendidikan berubah jadi panggung hiburan murahan.
Dan kita harus berani berkata “ini bukan sekadar memalukan, ini aib besar yang mencoreng wajah pendidikan Indonesia”.