Napi Lapas Gunung sugih Wajib Miliki Jiwa Kewiraswastaan

Lampung Tengah – Pada Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-90 tahun 2018 ini, yang mengambil tema “BANGUN PEMUDA SATUKAN INDONESIA”. Pihak Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) kelas III Gunungsugih, Lampung Tengah (Lamteng), mewajibkan kepada seluruh Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), memiliki jiwa Kewiswastaan.

Dikatakan Kepala Lapas, Syarpani,
tema ini diambil atas dasar pertimbangan pembangunan kepemudaan, untuk melahirkan generasi muda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, Sehat, cerdas, kreatif, inovatif, Mandiri, demokratis, bertanggung jawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan.

Jiwa Kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara RI. Tahun 1945, dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terkait dengan pembinaan didalam Lapas, Narapidana (Napi) adalah usia produktif, yang wajib memiliki kreatifitas dan jiwa kewiraswastaan agar memiliki peluang usaha ketika bebas nantinya.

Kalimat ini disampaikan Kalapas Gunungsugih, Syarpani, dihadapan seluruh peserta upacara, saat dirinya menjadi Inspektur Upacara pada peringatan Hari Sumpah Pemuda di Lapangan Mini Soccer, Senin (29/10/2018).

“Warga binaan kami, yang usia Pemuda berjumlah 291, yang merupakan usia produktif yaitu antara 19 – 30 tahun. Kami bina dan berikan pelatihan kewiraswastaan, yaitu budidaya ternak kambing, ikan, kerajinan tapis. Dengan harapan, mereka menjadi pencipta lapangan kerja diluar lapas,” Ujarnya.

Penggiat kerjasama dengan Karang Taruna Lamteng ini menyampaikan, pesatnya perkembangan teknologi informasi ibarat dua mata pisau, disatu sisi ia memberikan jaminan kecepatan informasi, sehingga memungkinkan para pemuda kita untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan, dalam pengembangan sumberdaya serta berdaya saing.

Namun pada sisi lain, imbuh Syarpani, perkembangan ini mempunyai dampak negatif, beberapa informasi yang bersifat destruktif mulai dari hoax, hate speech, pornografi, narkoba, pergaulan bebas, hingga radikalisme dan terorisme, masuk dengan mudahnya bila kaum muda tidak dapat membendung, dengan filter ilmu pengetahuan dan kedewasaan dalam berbangsa dan bernegara.

Syarpani menyampaikan, agar seluruh jajaran pegawai dalam Lapas, agar menjadi problem solver bukan trouble maker.

“Kami memiliki 32 pegawai baru. Saya harapkan, para pemuda ini jadi motor penggerak kemajuan Lapas, demi meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, bukan justru sebagai penyebab masalah,” tutup Syarpani. (Gunawan)

Exit mobile version