Bancakan “Meres” Uang Rakyat Ala BPNT Waykanan

S E N O
Pemred Genta Merah

“Harga telur dan semua yang dikasih ke penerima manfaat BPNT itu harganya luar biasa, emang memperkaya suplayer,” celoteh kawan didepan warung seorang kawan yang dijadikan E-Warung.

Otakku mulai menghitung berapa harga yang dimaksud kawan itu. Ternyata untuk satu wilayah di Kecamatan Baradatu, untung yang dapat diraup suplayer dari telor aja persatu kali penarikan mencapai Rp60 jutaan. Waw, baru satu item dan satu kecamatan dari telor aja sudah segitu fantastis.

Harga beras perkilo dengan label suplayer pernkilogram mencapai Rp11 ribu. Dipasaran saat ini yang paling hebat hanya Rp9 Ribu

Dalam petunjuk teknisnya, kata sahabat yang mulai ngoceh sok paham aturan, ternyata BPNT itu tidak ada suplayer. “Ini lho bahasa di Juknisnya itu, Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di daerah, terutama usaha mikro dan kecil di bidang perdagangan. Lah suplayernya aja orang dari luar daerah, malah berkuasa penuh. Eh, mungkin ada saling berbagi keuntungan atau kata kerennya Bancakan Meres rakyat,” kata sahabatku, sambil cengar cengir.

Seperti cengar cengir ya E-Warung yang hanya menerima titipan barang, dan dikasih bagian per penerima manfaat Rp5 ribu. Jika harga telor disebuah penyedia saja dalam satu karpetnya kisaran Rp35 ribu, dengan suplayer ini harga telor per karpet menjadi Rp60 ribu. “Kan dihitung perbiji, dengan garga Rp2 Ribu. Penerima manfaat dapat 16 biji telor. Kalau kata kawan sih, satu karpet itu isinya bisa 30 an biji atau sekitar 2 kiloan, ah ntahlah, hitung aja sendiri, pusing aku,” timpal kawan kawannya sahabatku, sambil garuk-garuk kepala.

“KPM itu menentukan sendiri apa yang mau dibeli, bukan sudah ditentukan oleh siapapun, yang jelas itu bahan pokok. Beras juga bisa pilih yang mereka suka. Ini lho petunjuknya,  E-Warong tidak memaketkan bahan pangan, yaitu menjual bahan pangan dengan jenis dan dalam jumlah yang ditentukan sepihak oleh e-warong atau pihak lain sehingga KPM tidak mempunyai pilihan,” ujar sahabat kembali berdalih aturan.

Aku hanya manggut-manggut, sambil berfikir dari mana sahabatku ini paham petunjuk BPNT tahun 2020 itu. Bukannya itu transparan yang dirahasiakan. “Kalau satu kecamatan nilai keuntungan sudah kayak gitu gamana 14 kecamatan di Waykanan ini ya. Wah.milyaran itu.baru dari telor aja. Jadi E-Warong hanya tameng ya. Tapi kata mereka, makanya perlu suplayer karena waring tidak sanggup mengadakan barangnya. Ah aman kalau gitu, buang kelaut aja tuh petunujuk tekhnisnya,’ ujar kawan yang baru datang, langsung nyruput es teh manis punyaku.

Kata sahabatku kalau keuntungan itu juga untuk ngasih TKSK, kisaran nilainya kata kawannya kawan Rp2 ribu sampai Rp3 ribu.”Se Baradatu itu ada sekitar tiga ribuan KPM, jadi kalau bagiannya segitu perbulan bisa kipas-kipas  tujuh jutaan rupiah,. Mantap ya,” gumamku.

Ah sudahlah, kok ngitung untung suplayer, mereka dah senang, pejabat yang kebagian senang. Jadi pada senang-senang, memeras uang rakyat. Biarkan saja. ***

error: Berita Milik GNM Group
Exit mobile version