Kiat Sukses Menumbuhkan Semangat Literasi di Sekolah

Oleh : Meri lusiyanti,
S.Pd

Guru SD Negeri 01 Beringin Jaya

 

Perkembangan
dunia pendidikan tidak terlepas dari pengaruh globalisasi. Seiring dengan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi  khususnya dibidang digital yang semakin
canggih dan beragam di Indoesia
,
seperti handphone dan gadget, hal tersebut menjadikan minat baca generasi muda
semakin rendah. 
Sebagai bentuk kasih sayang banyak
sekali orang tua yang memberikan handphone atau gadget kepada anak-anak
, namun tidak mengontrol
penggunaannya, sehingga mereka yang seharusnya belajar
,  namun lebih banyak menghabiskan waktu untuk
berselancar di media sosial  atau bermain
game. Dalam hal ini sebaiknya orang tua lebih bijak dalam memberikan fasilitas
terutama pada anak usia Sekolah Dasar.

Berdasarkan Permendikbud No. 21 Tahun
2015 tentang “Penumbuhan Budi Pekerti” dan Permendikbud No. 23 Tahun 2015, pemerintah
menggiatkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai upaya untuk menumbuhkan budi
pekerti anak. Gerakan literasi sekolah ini bertujuan membiasakan dan memotivasi
siswa untuk banyak membaca dan menulis guna menumbuhkan budi pekerti. Buku yang
dapat dijadikan acuan sebagai bahan literasi di sekolah diantaranya buku cerita
atau dongeng, buku-buku yang menginspirasi seperti biografi tokoh lokal atau
biografi anak bangsa yang berprestasi dan buku sejarah yang membentuk semangat
kebangsaan atau cinta tanah air.

Literasi mungkin sudah menjadi istilah
yang familiar bagi banyak orang
,
namun tidak banyak yang memahami makna dan definisinya secara jelas. Dalam kamus
online Merriam – Webster dijelaskan
, bahwa literasi adalah
kemampuan atau kualitas melek aksara dimana di dalamnya terdapat membaca,
menulis dan juga mengenali serta memahami ide-ide secara visual. Hal yang
paling mendasar dalam praktik literasi adalah kegiatan membaca. Keterampilan
membaca merupakan fondasi untuk mempelajari berbagai hal, kemampuan ini penting
bagi pertumbuhan intelektual siswa. Melalui membaca siswa dapat menyerap
pengetahuan dan mengeksplorasi dunia yang bermanfaat bagi kehidupannya. Untuk
menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa mengenai pentingnya membaca dapat
diwujudkan melalui program gerakan literasi sekolah.

Gerakan literasi ini tampaknya sangat
sulit dijalankan, mengingat istilah budaya membaca di Indonesia masih belum
menjadi kebiasaan. Ada beberapa faktor penyebab rendahnya minat baca masyarakat
Indonesia, diantaranya kebiasaan membaca belum ditanamkan sejak dini dan
kualitas sarana pendidikan yang masih minim. Terlepas dari penyebab tersebut,
kegiatan literasi adalah salah satu kegiatan yang wajib dilakukan berdasarkan
kurikulum 2013 dengan mengembangkan kemampuan berpikir tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking Skills) yang meliputi
kemampuan analitis, sintesis, evaluatif, kritis, imajinatif, dan kreatif.
Gerakan literasi sekolah diharapkan dapat memberikan pengaruh budaya yang kuat
terhadap perkembangan literasi siswa.

Dalam mewujudkan GLS kerja sama seluruh
elemen dibidang pendidikan sangat diperlukan untuk melaksanakan gerakan bersama
yang terintegrasi dan efektif.

Salah satu kegiatan yang sudah diterapkan untuk membudayakan
literasi di sekolah adalah membaca buku non pelajaran selama 15 menit sebelum
pembelajaran dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca
siswa serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai
secara lebih baik, namun upaya tersebut belum menumbuhkan hasil yang maksimal.

Ada beberapa strategi yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan budaya literasi di sekolah
. Setiap hari siswa wajib
menceritakan pengalamannya selama sehari dalam bentuk tulisan. Tulisan tersebut
dikumpulkan sebagai buku harian siswa yang akan dikembalikan kepada siswa diakhir
tahun pelajaran, sehingga siswa dapat membaca dan mengingat hal-hal yang ia
lalui selama satu tahun berjalan dan secara tidak langsung siswa telah menulis
autobiografinya.

Membuat
jadwal wajib kunjung perpustakaan (gurudigital.id : 2018) dalam hal ini
ditegaskan siswa tidak sebatas membaca buku namun wajib menceritakan kembali buku
yang ia baca dalam bentuk tulisan secara singkat.
Meberdayakan majalah dinding
(gurudigital.id : 2018). Setiap kelas mewajibkan siswa secara bergantian untuk
membuat tulisan berupa puisi, laporan kegiatan, karangan, atau resume dan
hasilnya dapat ditempelkan pada mading kelas. Mading kelas sebaiknya diperbarui
setiap minggu hal ini bertujuan agar mading selalu terlihat fresh dan mendorong siswa untuk membuat
karya yang lebih kreatif. Ketiga kegiatan di atas dilakukan untuk pembiasaan
menulis bagi siswa dan penggunaan bahasa serta pemakaian EYD (Ejaan Yang
Disesuaikan).

Mengadakan pameran
hasil karya siswa. Kegiatan ini dapat dilakukan setiap bulan atau setiap akhir
semester dengan memajang karya-karya terbaik siswa. Siswa akan semakin
termotivasi untuk berliterasi ketika melihat karyanya dihargai, dan dapat
menginspirasi siswa lain untuk membuat karya yang lebih baik.

Mengadakan
lomba literasi. Pemberian reward akan
lebih menarik bagi siswa. Meskipun awalnya siswa hanya termotivasi pada reward yang diberikan namun semakin ia
menekuni literasi akan muncul perasaan suka sehingga menjadikan literasi
sebagai kegiatan yang menyenangkan. Lomba literasi sekolah dapat dilaksanakan
pada akhir semester atau akhir tahun pelajaran, dimana ajang  ini dijadikan kegiatan rutin setiap tahunnya.
Salah satu yang dapat diperlombakan adalah membuat poster, poster tersebut
dapat berisikan ajakan, motivasi ataupun kata mutiara. Hal lain yang dapat
menjadi penilaian dalam lomba literasi adalah siswa yang meminjam buku
perpustakaan terbanyak dan siswa yang membuat tulisan terbanyak serta siswa
dengan tulisan terbaik.

Literasi merupakan keterampilan penting
dalam hidup. Sebagian besar proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan
kesadaran literasi. Budaya literasi yang tertanam dalam diri siswa memengaruhi
tingkat keberhasilannya, baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan berbasis budaya literasi, merupakan salah satu aspek penting yang
harus diterapkan di sekolah guna memupuk minat dan bakat yang terpendam dalam
diri siswa. Walaupun demikian, penguasaan literasi yang tinggi tentunya tidak
boleh mengabaikan aspek sosiokultural, karena literasi merupakan bagian dari
kultur atau budaya manusia.

Pelaksanaan program GLS memang tidaklah
mudah, salah satu syarat keberhasilannya adalah telaten dan berkelanjutan
dengan komitmen serta perjuangan dari semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan GLS. Sekreatif apapun kegiatan yang dilakukan
, jika hanya semangat
diawal saja maka tidak akan membuahkan hasil yang maksimal.

error: Berita Milik GNM Group
Exit mobile version