Mengintip SMPN 7 Banjit, Kawah Candradimuka Siswa Meraih Cita Nan Religius

gentamerah.com | Waykanan- Letaknya tidak begitu setrategis, tetapi view nya begitu indah, nyaman dan menyenangkan. Asri ribuan pepohonan diperbunan karet terasa sejuk, kedapnya mampu menyerap kebisingan.
Siang itu, beberapa siswa tampak berlatih upacara, suara lantang dari komandan kelompok pengibar bendera, mampu memecah sunyi. Namun, tidak menimbulkan riuh mengganggu aktivitas belajar bagi yang lain. Di Sekolah Menangah Pertama Negeri (SMPN) 7 Banjit, Waykanan, suasana itulah yang menjadi sebuah gambaran sebagai kawah candradimuka dini.
Lokasi sekolah yang tak cukup luas itu ternyata mampu merubah dan memberi yang terbaik bagi siswa, bukan hanya dibidang pendidikan umum, tetapi juga religiusnya. Musholla yang dibangun luas, sebagai sebuah gambaran betapa semangatnya para siswa dan siswinya menjalankan ibadah. Mungkin, hanya sekolah ini bagi ukuran sekolah negeri di sebuah pelosok yang memiliki tempat ibadah begitu besar.
“Saya dan guru yang tidak perlu berteriak-teriak kepada siswa siswi, saat waktu sholat tiba. Meraka akan memenuhi Musholla untuk sholat, dengan kesadaran mereka sendiri,” ujar Kepala SMPN 7, Aan Frimadona Roza.
Digedung sekolah yang dibangun diatas lahan yang satu hektar pun tidak sampai itu, para siswa memiliki semangat tersendiri. Berbagai tanaman hias, dan apotek hidup nampak tumbuh subur menghiasi pinggiran lokasi sekolah. “Koperasi Sekolah”  ternyata ruang ini dipenuhi beberapa jajan siswa. Mereka tidak perlu keluar sekolah untuk jajan.
“Kalau anak-anak istirahat, baru dibuka. Jadi mereka tidak keluar sekolah kalau mau jajan. Ini ada dapur sekolah juga, kami masak kalau mau makan siang, bagi guru. Beras sudah saya siapkan,” kata Aan, kepala sekolah yang telah lulus dan memiliki sertifikat Nomor Unik Kepala Sekolah (NUKS).
Disela obrolan sambil berjalan kami, tiga orang siswa yang sedang beristirahat dan hendak ke kantin sekolah, menyodrokan tangan bersalaman, cium tangan kepala sekolah dan tamu yang mereka temui terlihat tidak canggung, dibarengi senyuman meraka yang semringah sebuah gambaran telah terbiasa.
Saat lagkah kami sampai disebuah sudut sekolah, terlihat sumur dengan air yang dangkal. Padahal sangat dibutuhkan bagi gurud an siswa untuk berwudlu dan memasak. “Ini lagi saya usulkan ke Kampung, minta bantu dari Dana Desa Donomulyo, biar sumur ini bisa didalamkan lagi atau cari sumber lain, sehingga kami tidak kesulitan air,” kata Aan.
Potensi gedung sekolah yang kedepan diharapkan akan mampu menampung lebih banyak siswa, sudha kehabisan lahan untuk membangun gedung baru. Kepiawaian kepala sekolah dan para guru senior di tempat tersebut sangat diharapkan untuk menambah lokasi. “Itu yang masih jadi pikiran kami, tapi mudah-mudahan lahan bisa nambah, ini PR kami. Alhamdulillah saya disini didukung oleh para Guru senior. Dan beberapa guru muda yang masih honor itu sangat energik,” kata dia.
Mentari mulai terik, posisinya bertengger tepat diatas kepala, Adzan Dzuhur mulai berkumandang, para siswa segera berbondong ke Musholla, dan kami mengakhiri perbicangan sekilas bersama kepala sekolah.


Exit mobile version