Lambang yang Tak Pulang “Maling Berdasi”

Lambang Yang Hilang
Seno - GNM

“Masih juga belum dikembalikan?” tanya sahabatku, sembari meletakkan kopi yang tinggal setengah di sebuah warung padang SPBU Kotabumi.

Aku mengangguk pelan. “Sudah tiga kali disurati. Tetap saja hening. Seolah-olah pin emas itu milik pribadi, bukan pinjam pakai.”

“Berapa banyak?”

“Dua puluh enam. Mantan anggota dewan semua.”

Ia tertawa getir. “Padahal bukan emas sepuhan. Beratnya bisa delapan sampai sepuluh gram. Tapi berat betul mengembalikannya.”

Aku menarik napas. “Yang menyedihkan, itu sudah jadi catatan resmi BPK. Temuan. Tapi ya, mau bagaimana? Sudah capek menagih.”

“Lalu?” sahabatku menatap lekat-lekat.

“Sudah dilimpahkan ke pemerintah daerah. Ke bagian aset. Karena mereka punya MoU dengan kejaksaan untuk urusan pendataan dan tata kelola barang negara.”

Ia mengangguk pelan. “Ironis, ya. Dulu dipakai sebagai simbol kehormatan. Sekarang… tak jelas rimbanya.”

Aku hanya tersenyum pahit. “Lebih ironis lagi, anggota dewan yang baru malah belum semua dapat pin emas. Hampir setahun dilantik, tapi simbolnya belum sampai.”

“Mungkin karena yang lama belum kembali. Jadi tak ada yang diwariskan,” sahabatku berujar sarkastik.

Di luar, matahari mulai jatuh ke barat. Tapi aku tahu, yang lebih jatuh dari itu adalah harga sebuah simbol, yang tak lagi dianggap penting untuk dipulangkan.

 

error: Berita Milik GNM Group
Exit mobile version

slot gacor