Narkoba !, Om Jabat “Rehab Bae” Lek Jelata “Masuk Bui”

 

“Kok Cuma rehabilitasi ya, ga dipenjara. Lah kawanku
tertangkap narkoba kok langsung dijebloskan sel, tanpa basa-basi lagi ya. Apa karena
kawanku itu rakyat jelata,” celoteh seorang kawan diteras Gedung Wakil Rakyat
Waykanan, sambil menghembuskan asap rokok filternya, tampak mengepul keudara
dan mulai hilang perlahan.

Seperti cepat hilangnya kasus-kasus narkoba bagi pejabat dan
elit kaya, mereka tampak dipenjara tapi beda  tempat, tentu lebih nyaman disbanding lek
jelata.

Aku mencoba memutar otak yang mulai membeku akibat janji
para pejabat yang ternyata hanya isapan jempol belaka. Saat dulu hendak naik
tahta, ribuan janji itu dilontarkan, tapi kini tahta itu telah empuk diduduki,
yah tinggal kenangan bae janjinya.

Lalu siapa yang dimaksud kawan tadi, narkoba hanya rehap,
apa anggota dewan apa pemangku jabatan tertinggi. Ah kalua pemangku jabatan
tertinggi tentu aman-aman saja, jangan sel, tempat rehabilitasipun tak mungkin
terjamah.

“Haiii betah amat ngopi pait, lihatlah wakil rakyatmu kena jarring
karena narkoba. Tapi aman, hanya rehap saja, taka da bau sel. Ga akan lama kok,
bahkan dah diminta penangguhan, alsanya karena banyak tugas yang harus
diselesaikan. Entah tugas yang mana,” sergak sahabatku, seraya menjawil
tanganku, hingga aku sedikit terkejut, seperti terkejutku mendengar para
pegawai P3K yang dipalak hingga jutaan rupiah.

“Itulah beda rakyat jelata dengan pejabat teras. Namanya diteras,
walau badai dan hujan tetap aman-aman saja, meski bejual narkoba, bisa dirubah
jadi pemakai, dan cukup direhab,” ujar kawan kawanya kawanku.

 Sepertinya aku mulai
nyambung arah obrolan sahabat dengan kawan-kawanku termasuk kawannya kawanku. Seperti
kawannya kawan pejabat yang cepat menyambar saat peluang duit datang, jadi
kepsek ga gratis ternyata, dah lulus P3K aja ga gratis, Cuma buat pin dan papan
nama aja dikoordinir dan bayar.

“Sudah-sudah, semua dah jelas ada bedanya lho. Makanya jadi
pejabat kalau mau enak, enak semua pokoknya. Mau kasus mau ga ya enak-enak aja.
Apalagi kalau masih kecil-kecil kasusnya,” kata sahabatku.

Aku ga lagi nimbrung, kepalaku mulai pusing. Tapi ga
sepusing kawan-kawan yang melihat orang lain senang. Ah, biarlah aja, toh masih
ada dua batang lagi rokok dibungkusnya. Lumayan buat nyambung ngudut sehabis
makan siang, setelah dapat  saweran. ***

 

 

Exit mobile version