Lumernya Isue Proyek “Kopelan Cinta” Jadi Bancakan Pejabat

 Cermin Merah -GIAN PAQIH



“Kok isue nya dibatalkan ya proyek fisik tahun ini, bahkan
mau dialihkan ke anggaran APBD Perubahan. Bisa gitu ya, kopelan dah dibagi-bagi
tuh, siapa yang mau dapat,” celoteh seorang kawan disebuah warung sate padang
tak jauh dari Pasar Kotabumi.

Bumbunya yang kuning lumer, sekali santap langsung habis
sepiring. Seperti lumernya milyaran proyek yang sudah habis tanpa tender, cukup
dengan kopelan siapa tuan proyek itu, mungkin juga kerabat, kroni atau kolega
dekat, nah mungkin juga dah lama setoran.

Nah, kawan berbicara proyek memproyek, ga ngerti aku. Karena
itu urusan pemborong dan pejabat pemegang kekuasaan. Aku mencoba menelaah dalam
benak aja, kemana arah kawan itu menjuruskan dinasnya.

“Ini informasinya valid ga oii. Atau sengaja dihembuskan
biar pada keblinger yang mau ikut rebutan proyek, jadi semua proyek sudah ada
pengantinnya ya kalau gitu,” unyam seorang sahabat sambil nyeruput es teh
manis. Terlihat sangat dinikmati seruputanya tanpa sedotan, sepertinya lebih
nikmat, karena sekali tenggak dapat banyak, ga perlu proses.

Seperti beredarnya surat cinta alias kopelan sakti, proyek
tak perlu proses tender, tak perlu proses online, cukup ente setor, ane kasih
surat cinta. “Ga usah ngawur, apa masih ada gaya setor-menyetor itu, kan bisa
keciduk kalau ada setor menyetor gitu,” sergahku, sekenanya.

Perkara masuk atau tidak jawabanku itu, yang penting ikut
nimbrung obrolan kawan, sambil melorot sebatang rokok dari saku kawan, karena
rokokku dah habis, utangpun ga ada tempat lagi. Kata sahabatnya kawan dari
sahabatku, kontrak proyek itupun sudah mau meluncur, jadi ga perlu
ditanya-tanya lagi, yang mau minta bagian, dah diam-diam bae ya. Karena itu
kabarnya juga penunjukan langsung.

“Nah kalau Namanya penunjukan langsung, ya langsung-langsung
aja, terserah siapa yang mau ditunjuk, jangan pula kita kebagian
ditunjuk-tunjuk, repot kita nanti,” timpal kawan, sambil matanya melotot ke aku
karena dah dua batang rokok miliknya yang kuambil.

Aku tahu itu rokok bukan untuk dibagi-bagi, tapi ya gimana
kan aku komandan di obrolan itu, jadi terserah dong mau kuapain tu rokok, yang
penting ga kuambil semua, takut kalap nanti kawan, laju ga seteguran lagi.

Ah sudahlah, waktu dan mulai siang, terik
matahari sudah mulai nyengat, kayak  rasa
yang nyengat para kawan-kawanya kawan kawan pemborong yang mungkin dah gak akan
kebagian lagi. Aku pamit pulang duluan.*

error: Berita Milik GNM Group
Exit mobile version