Daerah  

Jeruji Besi Tak Lagi Kokoh, Hanya Saja “Kecuali”

 

SENO
Pemred Genta Merah

“Itukan baru kabar burung, jangan prasangka dulu… Ya kalau emang benar, aku ga bisa cerita. Tapi cerita itu membuat aku terkejut,” celoteh seorang kawan disebuah warung soto dipedalaman Baradatu.

Aku dan dua kawan hanya meraba-raba celoteh kawan ini maksudnya yang mana. Sambil nyruput wedang jahe anget kawan mencoba menyela. “Owalah berani sangat ya, kasian jeruji besi itu lunak akibat gambler sang pemimpin,” celah kawan, usai nyruput wedang jahe anget.

Seanget kabar yang terus menyeruak, tapi bak bisul yang tidak pecah. Sebuah permainan lama yang terus terulang. 

“Kamu orang ini maksud ga sih omonganku. Tu ada cerita Rp100 juta, hasil Bancakan untuk menyelamat diri. Makanya jeruji besi itu mulai lentur. Ya aku juga ga paham sih itu duit apa. Tapi ya fantastis juga,” kata kawanku yang sejak awal terliha menikmati tahu goreng cabai setan. Bibirnya mulai terlihat merah kepedasan.

Seperti pedasnya mereka yang sulit mendapatkan penangkal melunakan jeruji besi yang kokoh dengan penjagaan yang mantap itu. 

“Malam digelandang, siang pulang, langsung makan nasi rendang,” ujar sahabat yang baru sampai, sambil Medan soto tanpa kol.

Kata sahabatku kalau  makan kol perutnya perih jadi tidak bisa menikmati enaknya soto panas. 

Kayak perihnya yang harus merogoh kantong puluhan juta, demi nikmatnya udara bebas. Dan nikmat pawang  peluntur jeruji besi.

“Siapa yang tahu, pasti pada bungkam. Namanya juga gambler, jadi ya harus berani ber gambler ria. Untung juga para pawang jeruji besi itu gambler juga, makanya pas. Kalau ga berani gambler tentu ruwet urusannya,” ujar kawan seraya menarik rokokku yang masih ada dalam.bungkusnya. hanya tinggal delapan batang lagi rokok itu.  Tapi aku yakin delapan itu ga lama juga keluar , habis kena hisap.

Seperti habisnya kawanku yang kabarnya kena OTT , masih harus menikmati pengabnya ruang dibalik kokohnya jeruji besi itu. Mereka tak bisa melunakkan, Karena kabarnya tidak ada yang mencabut giringan itu.

Lain halnya dengan tiga orang yang katanya kedapatan memeras. Penggiring itu mencabut besi kokoh itu, walau kabarnya ada hal lain dibalik itu. 

Ah entahlah, kami hanya bisa berceloteh tak pandai menerka-nerka, takut salah. Karena kesalahan itu bisa diciptakan oleh para empu. ***

error: Berita Milik GNM Group
Exit mobile version