TMMD Membangkitkan Rasa Gotong Royong yang Hampir Punah

Program TNI manunggal masuk desa (TMMD) berkiprah dengan
penuh disiplin , tepat waktu dan rapi. Sifat kegotongroyongan yang selama ini
hampir punah ternyata dengan program tersebut dapat membangkitkan semangat  yang nyaris hilang ditengah-tengah masyarakat
itu .

Terbukti dengan dibangunnya kebersamaan antara tentara dan
masyarakat dapat mewujudkan sebuah pembangunan yang tentunya tidak hanya
mengandalkan kucuran dana seperti layaknya proyek dengan tendernya. Saling
asih, asuh dan giat bukan hanya membuahkan pembangunan dan mewujudkan program
masyarakat, tetapi meninggalkan kesan yang 
tidak pernah terlupakan.

Seperti halnya TMMD yang dilakukan di Kampung Jukubatu
Kecamatan Banjit, Kabupaten Way Kanan, Lampung pembukaan badan jalan yang
menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan TMMD itu dapat diwujudkan bukan
dengan cara saling mengandalkan, tetapi saling berbagi dan mengisi. Masyarakat
dengan semangat gotong royong  inginkan
kemajuan kampungnya, TNI yang manunggal membantu untuk mewujudkan keinginan masyarakat
tersebut.

Gelar program TMMD ke 78 yang berlangsung selama 29 hari,
sejak 05 April dan berakhir pada 04 Mei 2017, ternyata bukan hanya mengutamakan
program asal selesai. Namun, dengan jiwa disiplin yang tertanam, TNI mampu
menyelesaikan program sesuai rancangan awal. “Kami tidak berani melenceng dari
aturan yang telah ada, jadi semua harus tepat dan sesuai,” kata Serma Busral.

Pos Kamplingku Nyaman,
Masjidku Semakin Megah

Gerakan membangun dalam ritme TMMD ternyata bukan hanya pada
satu sisi saja, pos ronda yang semula belum dimiliki warga atau kendati sudah
ada tetapi kondisinya tidak layak, dengan adanya program tersebut, pasukan
loreng bersama masyarakat saling bahu membahu membangun empat pos ronda secara
permanen.

Gerakan yang dilakukan dalam TMMD di Kampung Jukubatu dengan
komando Komandan Kodim 0427 Way Kanan, Letnan Kolonel (Inf.) Uchi Chambayong,
SIK, berkiprah dengan gerakan membangun bersama rakyat, berhasil memperindah
dan mempernyaman sebuah masjid milik warga setempat.

Masjid yang semula dibangun menggunakan dana swadaya
masyarakat, dan didirikan dengan keterbatasan biaya, ternyata dengan adanya
kemanunggalan TNI memberikan warna yang dapat menyulap masjid tersebut menjadi
indah dan nyaman untuk ibadah. Sebuah teras dibangun secara gotong royong,
tempat wudlu dan WC behasil ditegakan tanpa adanya sumbangan kembali dari
masyarakat sekitar. Bahkan rangka atap yang semula memakai kayu, diganti
menggunakan baja ringan.

Hiruk pikuk masyarakat menyatu bersama TNI secara
bersama-sama memperindah tempat ibadah itu. Semangat  gotong royong berhasil digugah kembali, tanpa
adanya komando dari aparat kampung setempat, secara bergantian warga datang dan
bekerja secara suka rela membangun kampung.

Selian pekerjaan fisik, pada TMMD itu juga digelar acara non
fisik, seperti pengobtan gratis, sunatan dan sunatan masal.

Jalan Setapak Menjadi
Jalan Angkutan Umum

Pembuatan badan jalan di Kampung Jukubatu, merupakan program
unggulan yang juga sangat diharapkan oleh masyarakat setempat. Jalan penghubung
antar kampung tersebut mempermudah akses bagi warga dan petani setempat dalam
menjalankan roda ekonomi mereka.

Dengan panjang sekitar dua kilometer dan melewati sebuah
sungai yang diatasnya dibagun jembatan ayun dengan kawat sling ala kadarnya.
Bebatuan terjal menghiasi jalan itu, jika menggunakan anggaran pemerintah daerah
dengan cara tender proyek, dimungkinkan akan menelan dana ratusan juta, dan
waktu yang cukup panjang hanya untuk leanclearing jalan saja. Namun, dengan
adanya TMMD pembedahan jalan setapak tersebut digerakan dengan gotong royong
dan dibantu alat berat untuk  menerjang  lahan yang sulit.

Tidak memakan waktu yang cukup lama, dengan adanya
keterbatasan program yang hanya 29 hari, jalan tersebut rampung dikerjakan.

Manfaat yang sangat luar biasa bagi warga setempat. Apalagi
pada jalur tersebut memang sudah ada aliran listrik. Dengan adanya akses jalan
yang mudah, selain mempermudah pengangkutan hasil bumi, juga akan meningkatkan
harga jual tanah.

Puluhan  hektar
perkebunan kopi dilintasi jalan tersebut, jika selama ini para petani kopi
harus mengangkut hasil bumi mereka dengan ongkos yang cukup besar,  karena menggunakan  jasa ojek dan dihitung perkilo, dengan adanya
akses jalan yang mudah, maka hasil bumi dapat diangkut menggunakan kendaraan
roda empat yang tentu saja lebih meminimalisir ongkos angkut hasil bumi.

Ternyata hasil gotong royong TNI manunggal rakyat, dapat
memberikan arti lebih bagi kemajuan warga dan kampung.  

Penulis                     : Warseno

Pemimpin Redaksi : Genta Merah (www.gentamerah.com)

error: Berita Milik GNM Group
Exit mobile version