Kopi Pahit “Pilgub” Ceritanya Masih Sama

Kopi Pahit “Pilgub” Pengusaha Dibalik Penguasa
“Menang
lagi, beda orang dalam cengkaraman yang sama,” ujar seorang kawan kepadaku. Aku
yang masih menikmati secangkir kopi buatan anak gadisku tak langsung menanggapi
celoteh kawan itu. Hanya senyum yang kutengahkan, biar tidak menyinggung kawan
itu, aku meminta anakku membuatkan secangkir kopi pahit kesukaan kawan
tersebut.


Memang
pahit rasanya, tapi harus dinikmati karena sudah menjadi kehobiannya. Seperti yang
terjadi hari ini, tepat tanggal 27 Juni 2018, suguhan kemenangan dalam kancah
politik Lampung itu, amat pahit, namun harus dinikmati, bagi penikmat yang menginginkan
demokrasi itu alurnya memberikan makna nyata membuahkan seorang pemimpin yang
bisa memimpin, bukan sekedar berhasil menjadi penguasa.

Kawan
mulai menyeruput sedikit demi sedikit kopi pahitnya, seraya berucap “Gula kan murah, bahkan gratis. Masih aja rasa
kopi ini pahit,”.

Aku
hanya mengangguk, tak bisa lantang ku berkata, karena ini sudah menjadi sebuah
pilihan. Pilihan bagi mereka yang telah merasakan manisnya sesendok gula,
cukuplah untuk dinikmati hari ini. Perkara besok, luas, atawa kedepan seperti
apa, itu dibiarkan mengalir seperti kehendak penguasa dibalik kepiawaian pengusaha.

Jangan
memungkiri jika hasil hari ini adalah hasil sebuah kepiawaian, bukan sebuah
pilihan untuk membawa tanah lahirku menjadi lebih baik. Jangan menyalahkan
mereka, karena bagi mereka lebih enak makan singkong hari ini tapi nyata dari
pada dijanjikan makan pindang tapi masih angan-angan. Begitu selorohku menjawab
kopi pahit kawanku.

Nikmati
saja, tidak perlu berandai-andai, karena andai-andai yang diinginkanpun belum
mampu muncul. Siapa dia, yang itu, ini dan semua apakah pilihan yang tepat.

Mungkin
tepat bagi sebagian dan segelintir orang, tapi tidak bagi banyak orang dan
daerah. Pengusaha itu masih menjadi dominan menciptakan penguasa, karena
pengusaha bisa membeli kekuasaan dan ketidak tahuan. Selamat atas Pilkada yang
damai, dan selamat menikmati kopi pahit hingga kelak sampai dibumbui tontonan
yang menelanjangi sebuah kebusukan. Masalah itu akan menjadikan terbelalaknya
mata atau dibiarkan berlalu, inilah cerita kopi pahit yang mungkin akan terus
dinikmati kita bersama.***


error: Berita Milik GNM Group
Exit mobile version