Opini  

Membentuk Karakter Anak Dengan Full Day School

Oleh : Afriansyah, M. Si
Badan Narkotika Nasional (BNN)  mencatat jumlah
pengguna narkoba di Indonesia hingga November 2015 mencapai 5,9 juta orang. Dari
jumlah tersebut terdapat anak usia sekolah yang merupakan generasi muda calon
penerus bangsa. Bahkan anak usia sekolah bukan hanya menjadi pengguna atau
pemakai barang haram tersebut, mirisnya lagi mereka ada juga yang menjadi
pengedar narkoba, seperti yang pernah kita lihat bersama di beberapa media bahwa
ada pengedar narkoba yang statusnya masih merupakan anak sekolah atau pelajar.
Tentu kondisi seperti ini membuat kita semua merasa khawatir dan takut, apa
jadinya negara kita nanti jika generasi mudanya sudah mulai dirusak dengan
pengaruh dan peredaran narkoba yang semakin menggila belakangan ini.

Pemerintah telah melakukan banyak upaya untuk
memerangi narkoba, seperti pelaksanaan Hukum yang tidak pandang bulu, tidak
pilih kasih, kemudian menanggulangi masalah narkoba yang dilakukan secara
terintegrasi dan memberikan pengetahuan sebanyak mungkin tentang narkoba,
jenis, dan dampak negatif narkoba bagi kesehatan ke semua unsur masyarakat.  Bahkan untuk penanggulangan narkoba di sekolah
juga dilakukan seperti mengadakan kerja sama yang baik antara orang tua dan
guru. Guru bertugas mengawasi para siswa selama jam belajar di sekolah dan
orang tua bertugas mengawasi anak-anak mereka di rumah dan di luar rumah.
Temuan para guru dan orang tua selalu dikomunikasikan dengan baik dan
dipecahkan bersama, dan dicari upaya preventif penanggulangan narkoba ini
dikalangan anak sekolah.

Usaha-usaha yang telah banyak dilakukan
pemerintah dalam memerangi narkoba khususnya untuk anak usia sekolah seolah
belum juga mampu mengurangi dan menekan secara signifikan angka penggunaan
narkoba tersbut, bahkan mirisnya seperti yang telah disampaikan sebelumnya,
anak sekolah bukan hanya menjadi pengguna atau pemakai barang haram tersebut,
mereka ada juga yang menjadi pengedar narkoba.

Jika kita melihat secara seksama dari sudut
pandang psikologi, penggunaan narkoba pada anak sekolah berawal dari perilaku
menyimpang yang berlanjut menjadi kenakalan. Kita selaku masyarakat turut andil
akan terjadinya perilaku menyimpang pada anak sekolah, hal ini dapat dilihat
dari sudah berkurangnya masyarakat yang akan menegur dan memperingatkan apabila
terjadi tindakan menyimpang yang dilakukan anak sekolah. Salah satu perilaku
menyimpang yang merupakan gerbang anak sekolah menuju penyalahgunaan narkoba
adalah perilaku merokok. Tidak bisa kita pungkiri semakin hari semakin banyak
anak sekolah yang berani dan tanpa sungkan mengkonsumsi rokok di tempat-tempat
umum serta berbaur dengan orang dewasa. Hal tersebut semakin membuat anak
sekolah nyaman untuk melakukan perilaku tersbut dan perilaku tersbut menjadi
kebiasaan sehari-hari dalam kehidupan mereka sehingga perilaku tersebut sulit
untuk dihindari.

Peran serta pemerintah, orang tua, guru dan
segenap unsur masyarakat dalam pemberantasan narkoba pada anak sekolah harusnya
tidak terfokus dengan selalu memberikan penyuluhan atau pendidikan tentang
narkoba. Harusnya kita bisa mencegah dengan melihat titik awal dari
permasalahan tersebut berasal, salah satunya berawal dari kenakalan remaja
yakni perilaku merokok. Sebelum menekan angka penyalahgunaan narkoba pada anak
sekolah, seharusnya ada upaya serius yang dilakukan pemerintah, orang tua, guru
dan segenap unsur masyarakat untuk menekan angka anak sekolah yang mengkonsumsi
rokok. Jika upaya tersebut berhasil dan bisa dilakukan maka bukan tidak mungkin
dikemudian hari nanti angka pengguna narkoba bisa ditekan bahkan anak usia
sekolah di Indonesia bisa terbebas dari jerat narkoba.

Jika kita berkaca dari riset dan teori mengenai
faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku menyimpang pada anak usia sekolah,
salah satu faktor penyumbang terbesar adalah faktor lingkungan teman.
Pengaruh
lingkungan teman-teman sebaya terhadap sikap, pembicaraan, minat, penampilan
dan tingkah laku lebih besar dari pada pengaruh keluarga. Hal ini disebabkan
karena anak usia sekolah lebih banyak berada diluar rumah bersama teman-teman
sebaya sebagai kelompok. Anak usia sekolah cenderung mengikuti apa yang sering
dlakukan didalam lingkungan teman mereka berada, hal ini dilakukan Agar mereka
dapat diterima jika berada dilingkungan tersebut. Biasanya tiap anggota
kelompok berusaha menjadi konformis, yaitu tidak berbeda dengan orang lain didalam
kelompoknya. Apabila didalam kelompok tersebut melakukan perilaku menyimpang
seperti perilaku merokok atau bahkan mengkonsumsi narkoba maka anak usia
sekolah yang ingin berada dilingkungan tersebut akan berusaha mengikuti apa
yang dilakukan oleh anggota kelompok tersebut dan akhirnya mereka ikut
melakukan perilaku menyimpang yang akan berdampak negatif.

Melihat
fakta yang tersaji tentu dengan menciptakan lingkungan teman sebaya yang sehat
dan positif akan mampu membantu untuk mencegah kenakalan anak sekolah dan
peredaran serta penggunaan narkoba dikalangan anak sekolah. Salah satu usaha
yang dapat dilakukan untuk membuat lingkungan teman sebaya yang sehat di
kalangan anak sekolah adalah dengan menerapka full day school. Penerapan full
day school suatu hal yang tak bisa dihindari dari pro dan kontra karena memang
biasanya  setiap kebijakan tak lepas dari
berbagai tantangan, Setiap kebijakan pasti akan memiliki konsekuensi yang siap
untuk ditanggung. Full day school tak lepas dari beberapa kelebihan jika bisa
benar-benar diterapkan di ranah pendidikan Indonesia. Dengan diterapkannya full
day school maka otomatis peserta didik akan menghabiskan lebih banyak waktunya
di sekolah hal ini akan memudahkan guru dalam mengontrol dan mengawasi perilaku
siswanya baik secara individu dan kelompok sehingga akan meminimalisir pengaruh
yang tidak baik seperti penyalahgunaan narkoba. Salah satu bukti
 full day
school yang berhasil menekankan angka penyalahgunaan narkoba pada anak usia
sekolah adalah pesantren. Pada tahun 2016 Kementrian Agama memastikan 1.122
Pondok Pesantren di Indonesia Bebas Narkoba.

Penerapan full day school pada dunia pendidikan
di Indonesia tentu tidak mudah, banyak kendala yang akan dihadapi dalam
penerapan full day scholl di Indonesia. salah satunya sarana dan prasarana
sekolah yang belum menopang terlaksananya full day school. Sangat tidak mungkin
jika anak dipaksakan untuk tinggal di sekolah sampai sore hari dengan kondisi
prasarana sekolah yang tidak memadai, bisa jadi hal tersebut akan memunculkan
kejenuhan bagi peserta didik. Kemudian Kondisi ekonomi setiap peserta didik yang
berbeda juga menjadi penghambat penerapan full day scholl. Peran pemerintah
sangat dibutuhkan untuk menerapkan full day school, sarana dan prasarana serta
biaya penerapan full day school menjadi tugas pemerintah agar mampu mencari
solusi terbaik yang bisa mendorong penerapan full day school di Indonesia. Jika
solusi ini terealisasi tentunya bukan hal mustahil pemberantasan narkoba di
kalangan anak usia sekolah bisa dilaksanakan dan generasi muda penerus bangsa
akan memiliki masa depan yang lebih cerah.                          

error: Berita Milik GNM Group
Exit mobile version