Diujung Bukit Sekolah Negeri Yang Rapuh Itu Siswa Belajar Bergantian

Caption:  SEMANGAT. Seorang guru sedang memberikan pelajaran di salah satu ruang kelas SDN 2 Tirom yang memprihatinkan. Keterbatasan ini tak menyurutkan siswa untuk belajar. Foto :Sayuti Rusdi/gentamerah.com

gentamerah.com | Tanggamus- Wajahnya tampak serius, matanya fokus memandang papan tulis hitam yang ditempel dinding papan. Semangat mereka mengabaikan kondisi yang tidak layak untuk sebuah ruang pendidikan.

Ditempat itu,  sekolah berdinding papan yang mulai rapuh, sinar mentari menerobos masuk diantara celah-celah dinding papan kayu racuk. Keringat mulai mengucur, hawa panas dari atap seng tanpa plafon, diterpa matahari siang, merangsek tubuh-tubuh yang terus serius dalam belajar.

Tidak ada lantai semen, apalagi keramik, lantai tanah bumi menghawa dingin ketika hujan lebat mulai turun, dan airnya menggenang diruang kelas. Di Sekolah dasar yang berstatus negeri di Pekon (Desa) Tirom itu, para siswa melakukan proses belajar, cita-cita mereka membumbung tinggi.  





Caption: MEMPRIHATINKAN. Inilah kondisi satu unit gedung SDN 2 Tirom yang kondisinya sangat memprihatinkan. Foto: SAYUTI RUSDI/gentamerah.com

Bagi anak-anak Dusun Sugiwaras, Pekon Tirom, Kecamatan Pematangsawa, Kabupaten Tanggamus, Lampung, sekolah tersebut merupakan gedung yang mewah, karena hanya itulah gedung sekolah yang ada, lokasinya sangat jauh dari pusat Ibu Kota Kabupaten Tanggamus, dan membutuhkan waktu lebih dari dua jam dari pelabuhan Kotaagung untuk menuju sekolah itu.

Untuk dapat sampai disekolah tersebut, harus melalui perairan Teluk Semaka,

dengan menggunakan kapal kayu atau harus menempuh perjalanan selama enam jam, jika  melalui jalur darat, menerobos kawasan hutan taman nasional bukit barisan selatan (TNBBS) untuk sampai  ke SDN 2 Tirom yang terletak di punggung bukit TNBBS.

Tumpukan meja dan kursi terlihat tak rapi, menumpuk didalam ruang kelas ujung yang sudah lama dikosongkan karena dindingnya bolong dan tiang rapuh. Ruang kelas lain, para siswa harus belajar bergantian, meja dan kursi belajar yang ada juga mulai memburuk.

Tak hanya fasilitas belajar yang terbilang jauh dari kata layak, jangan berharap menemukan ruang perpustakaan, apalagi ruang UKS, bahkan buku penunjang pelajaran yang menjadi kebutuhan utama dalam belajar sangat terbatas.

Hasan, salah seorang warga Dusun Sugiwaras mengungkapkan, satu unit gedung SDN 2 Tirom berdinding papan dan berlantaikan tanah serta atap seng ini dibangun pada tahun 2011 secara swadaya oleh masyarakat setempat.

“Dari tahun ke tahun, kondisi tiga ruang kelas yang dibangun secara swadaya masyarakat itu juga kondisinya mulai memprihatinkan. Baru pada tahun 2016 pemerintah membangun gedung baru yang permanen terdiri dari tiga ruang kelas,” katanya, Minggu (3/9/2017).

Terpisah, kepala SDN 2 Tirom, Suyudi mengatakan, meskipun  saat ini sekolahnya telah memiliki satu unit gedung permanen yang dibangun tahun 2016 terdiri dari 3 ruang kelas yang digunakan siswa kelas 4, 5 dan kelas 6, tetapi itu tetap saja pihaknya kekurangan kelas yang layak.

“Terpaksa kita masih menempati ruang kelas yang lama, karena ruang kelas yang ada masih tidak mencukupi atau kekurangan. Saya berharap segera dibangun ruang kelas baru,” harap Suyudi.

Tetapi yang menggembirakan, dengan segala kekurangan tersebut, tidak menyurutkan semangat belajar bagi anak-anak didik di sekolah tersebut. Anak didik belajar dengan bersungguh-sungguh. Begitu juga guru mengajar.

“Memang sih pengen  punya kelas yang bagus seperti di Kotaagung, tetapi kami tetap semangat belajar,” ungkap salah satu murid.

Penulis : Sayuti Rusdi
 Editor : Seno
error: Berita Milik GNM Group
Exit mobile version

Warning

: file_get_contents(https://birujualtanah.com/backlink/backlink.php): failed to open stream: HTTP request failed! HTTP/1.1 403 Forbidden in /home/gradiann/gentamerah.com/index.php on line 18