PAW “Kok” Disembunyikan, Mahkamah Partai Dimandulkan

 

S E N O
Pemred Genta Merah

“Katanya wakilnya Rakyat, lah kok ada pakai sembunyi-sembunyi gitu ya mau ada pergantian antar waktu (PAW). Kalau emang udah waktunya ya sudah sih ga usah ditunda dan di rahasiakan,” celoteh kawan di SPBU Kotabumi, sambil menikmati bakso kerikil didepan Mushola tempat ngisi BBM itu.

Belum jelas siapa yang mau di PAW, karena bahasa kawan itu tidak menjurus, sama seperti pembesar partai tempatnya wakil rakyat yang mau di PAW itu. Ntah partai apa, ujar kawan sih partai besar juga.

“Halah mbok biarkan aja, mau PAW mau gak, tak usah diurusi. Lah wong keputusan mahkamah partai tentang PAW itu dah terbit sejak Januari 2020 lalu kok,. Tapi ya apa reaksi pengurus partainya, anteng ayem aja. Malahan publik dilarang tahu,” jawab sahabatku, seraya nyiduk sambal dan memasukannya ke mangkok baksonya. Padahal awal tadi suda kulihat dua sendok yang dimasukan.

Aku hanya berusaha memahami ocehan keduanya. Kan jelas kalau surat dari mahkamah partai dah dikeluarkan, berarti ada permintaan kepada pengurus partai segera menerbitkan surat keputusan pemberhentian bagi yang mau di ganti.

“Lah jelas itu. Kalau mau nunggu yang mau di PAW buat surat pengunduran diri, itu sangat aneh. Ya gak mungkinlah, lha wong jadi anggota dewan itu enak. Untuk meraih suara aja bisa berbagai cara dilakukan, kok suruh buat surat mundur . Mikir…..!!!,” ujar kawan dengan nada tinggi, karena ku lihat dia mulai kepedasan, seperti pengurus DPC partai yang mulai blingsatan saat urusan PAW itu mulai tersebar di media online.

Nah, nambah aneh lagi, DPP nya juga sampai berlarut mengeluarkan surat PAW itu. Kabarnya ada sengketa masalah perolehan suara , makanya harus ada PAW, karena yang melapor ternyata dinyatakan menang.

“Berarti yang duduk sekarang ini curang dong. Kalau tak curang ya gak mungkin dia kalah dalam pengaduan itu. Atau sekedar ada mainan. Ai ntahlah, rumit kalau baca politik. Apalagi partai penguasa,” kata sahabatku. Bibirnya yang mulai merah kepedasan, disaingi muka yang juga mulai memerah. Merahnya karena pedas, bukan merah warna partai.

Jabatan masih lumayan lama, masih sayang kalau dilepas. Perkara konstituen mencibir ya biarkan saja, tiap bulan ada tungguan yang nilainya fantastis. Gak perlu banyak cakap , cukup datang, duduk, diam , dapat duit. 

“Siapa yang menggantiin ya, harusnya berjuang jangan setengah-setengah. Nanti patah. Memperjuangkan diri sendiri aja ragu, gimana mau memperjuangkan rakyat. Apa yang penting jadi wakil rakyat, yang semua nikmat dunia rakyat bisa diwakilkan,” ujar kawan. 

Wuih, pedes amat ni kawan ngomong. Belum tahu apa ya, kalau mau duduk di kursi empuk digedung wakil rakyat itu tak sedikit harus merogoh kantong. Jadi rakyat jangan terlalu banyak.juga nuntut wakilnya, kalau kemarin waktu pemilihan dia sudah dibeli suaranya. 

Ah,ntahlah.. biarkan mereka mencari jalannya, yang mau PAW mau dan sudah dapat enak. Kok kita yang ribet. ***

error: Berita Milik GNM Group
Exit mobile version